Mohon tunggu...
Alwyn Sianipar
Alwyn Sianipar Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Pembangunan Ekonomi Pedesaan Melalui Kegiatan Berbasis Teknologi Tepat Guna

14 Mei 2019   08:01 Diperbarui: 14 Mei 2019   08:11 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Namun, kesenjangan tersebut dapat dipangkas dengan memanfaatkan teknologi karena teknologi terbukti mampu memberi nilai tambah terhadap suatu produk. Meskipun begitu, penerapan teknologi memerlukan campur tangan dari pihak tertentu. Salah satu pihak yang memungkinkan adalah generasi milenial karena mereka tumbuh pada perkembangan teknologi yang pesat (Lyons, 2004).

Generasi milenial merupakan generasi yang istimewa, karena generasi milenial merupakan generasi global pertama yang memiliki keterbukaan lebih tinggi terhadap isu-isu yang ada dan selalu mengejar tantangan baru dalam hidup (Bejtkovsk, 2016). Selain itu, generasi milenial juga dibekali dengan kreativitas yang tinggi, kemampuan untuk terus belajar hal-hal baru dan tingkat pengetahuannya yang luas akan teknologi sebagai akibat dari kehidupan sehari-harinya yang sudah terikat dengan teknologi (Bencsik dan Machova, 2016). 

Namun, generasi milenial memiliki tingkat kepedulian yang rendah terhadap kegiatan-kegiatan pengabdian masyarakat pedesaan (Yusuf, 2010). Berdasarkan kenyataan bahwa kesenjangan perekonomian desa dan kota dapat dipangkas dengan mengandalkan teknologi, tetapi generasi milenial sebagai pihak yang dapat mengembangkan serta memanfaatkan teknologi memiliki tingkat kepedulian yang rendah terhadap kondisi masyarakat pedesaan, Indonesia Emas 2045 yang meliputi pembangunan yang merata serta perekonomian yang kuat akan sulit dicapai.

Kondisi ekonomi merupakan salah satu parameter yang menunjukan tingkat kemajuan dari suatu negara. Beberapa parameter yang digunakan untuk melihat kondisi ekonomi suatu negara antara lain, pendapatan domestik bruto (PDB) dan GINI. Indonesia memiliki nilai pendapatan domestik bruto (PDB) yang tergolong tinggi pada angka 1015 miliar USD (World Bank, 2017). Meskipun begitu, nilai PDB tersebut akan menjadi kecil jika ditinjau secara perkapita karena jumlah populasi Indonesia yang mencapai 262 juta jiwa (BPS, 2014). Bila ditinjau PDB perkapita, Indonesia menempati peringkat ke-4 se Asia Tenggara, di belakang Singapura, Malaysia, dan Thailand dengan PDB perkapita $3.974. Hal ini menandakan tingkat ekonomi Indonesia yang belum baik. Hal ini diperparah dengan nilai GINI Indonesia. GINI merupakan nilai yang menunjukan distribusi kekayaan suatu negara. Semakin tinggi nilai GINI suatu negara maka akan semakin besar ketimpangan kekayaan di dalam negara tersebut. 

GINI Indonesia mencapai 83,7. Hal ini menunjukan masih rendahnya pemerataan kekayaan di Indonesia. Salah satu alasan yang menyebabkan tingginya nilai GINI ini adalah adanya kesenjangan ekonomi antara desa dan kota. Hal ini dibuktikan oleh fakta bahwa angka kemiskinan di desa sebesar 14,1% yang nilainya mencapai hampir dua kali lipat dari angka kemiskinan di kota (BPS, 2016). Untuk menutup kesenjangan tersebut, peran teknologi sangat dibutuhkan karena dapat memaksimalkan potensi-potensi desa.

Penulis melakukan observasi terhadap salah satu kegiatan organisasi kemahasiswaan (Ormawa) di ITB yang melakukan pengabdian masyarakat dengan melibatkan peran teknologi dalam memaksimalkan potensi-potensi desa. Kegiatan tersebut berupa pengabdian masyarakat oleh mahasiswa ITB di Desa Ciporeat yang terletak di Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung dengan luas wilayah 558,89 hektar. Kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan dengan melibatkan mahasiswa aktif jurusan sebagai eksekutor utama. 

Mahasiswa-mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan ini dituntut untuk menerapkan teknologi sesuai dengan bidang keilmuannya untuk meningkatkan perekonomian desa. Dalam kegiatan ini, mahasiswa-mahasiswa tersebut mengembangkan teknologi reaktor biogas yang dapat mengubah limbah kotoran sapi menjadi bahan bakar gas yang dapat digunakan oleh masyarakat Desa Ciporeat. 

Teknologi ini dipilih dengan mempertimbangkan jumlah limbah kotoran sapi yang mencapai 30 kg/hari akibat mata pencaharian masyarakat pada di desa tersebut didominasi oleh peternak sapi perah (Satria dkk., 2018). Pada kegiatan tersebut, mahasiswa berperan sebagai  pembuat master plan, penggagas teknologi, pemelihara teknologi, serta pengembang teknologi. 

Saat ini, sembilan reaktor biogas telah terpasang di Desa Ciporeat. Reaktor-reaktor tersebut mampu menghasilkan gas metana yang dapat dimanfaatkan oleh warga sebagai pengganti Liquefied Petroleum Gas (LPG) untuk kebutuhan sehari-hari dan juga berpotensi untuk menghasilkan listrik.  

Berdasarkan observasi tersebut penulis melihat penerapan teknologi dapat memaksimalkan potensi desa sehingga dapat memberikan keuntungan ekonomi. Namun, hal lain yang penulis perhatikan adalah keterlibatan mahasiswa sebagai generasi milenial dalam mewujudkan hal tersebut.

Generasi Y atau biasa disebut dengan generasi milenial merupakan generasi yang tumbuh pada era ledakan internet (Lyons, 2004). Generasi milenial merupakan generasi global pertama yang memiliki keterbukaan lebih tinggi terhadap isu-isu yang ada dan selalu mengejar tantangan baru dalam hidup (Bejtkovsk, 2016). Generasi milenial memiliki kreativitas tinggi, kemampuan untuk terus belajar hal-hal baru dan tingkat pengetahuan yang luas akan teknologi (Bencsik dan Machova, 2016). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun