GURU TIK SMK IMTAQ DARURRAHIM JAKARTA dan mahasiswa magister pendidikan agama Islam universitas Islam 45 Bekasi Jawa barat
The irony of education.
Ketika teknologi berkembang pesat tapi sistem pendidikan jalan di tempat. Pengangguran berijazah semakin banyak karena sistem pendidikan menyiapkan pekerja untuk era industri bukan era yang penuh disruption.
Adanya disruption era ataupun tidak, pengembangan kualitas pendidikan harus dilakukan. Karena pendidikan berkualitas adalah hak yang melekat pada manusia semenjak dia lahir. Bergeraklah karena harus, bukan karena takut.
Guna menghadapi masa depan, sistem pendidikan di Indonesia harus melakukan self disruption yakni, melakukan perubahan yang fundamental pada sistem pengelolaan hingga proses belajar mengajar agar adaptif terhadap perubahan yang sangat cepat dan tidak menentu. Oleh karena itu self disruption harus diawali dengan mengubah pola pikir atau ideologi pendidikan saat ini bagi guru atau orangtua agar transformasi perubahan dapat cepat dilakukan
Generasi milenial, membutuhkan pendidikan yang personalised yang memberikan otonomi dalam belajar, bukan yang menyeragamkan. Mereka butuh pengajaran pendampingan bukan ceramah klasikal karena cenderung monoton dan tidak mengembangkan setiap kekuatan siswa.
Cara belajarnya juga bergaya eksploratif bukan abstrak sehingga pembelajarannya lebih otentik dan memicu kekritisan. Sekolah jangan takut bertransformasi dari sistem lama ke sistem baru. Transformasi meliputi mindset, ekosistem, budaya atau lingkungan belajar hingga sistem pedagogi.
Sekolah, , perlu membuat disruptive innovation agar situasi disrupsi tidak dimaknai sebagai ancaman melainkan peluang untuk menciptakan iklim kreativitas atau pemikiran yang beragam.