Mohon tunggu...
Alvita Rahma
Alvita Rahma Mohon Tunggu... Mahasiswi | Penulis | Kreator | Blogger

suka menulis, membaca, berkarya, dan berkreasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ada Apa Dengan Generasi Muda?

18 Mei 2025   08:45 Diperbarui: 18 Mei 2025   08:42 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kita tumbuh di zaman yang serba terang tapi justru sering merasa gelap. Di tengah gemerlap pencapaian, likes, portofolio, dan timeline yang terus bergerak, ada ruang hening di dalam diri kita yang nggak bisa dibohongi. Ruang yang sepi. Yang haus akan pemahaman, bukan penilaian. Yang butuh didengar, bukan dituntut jadi versi terbaik setiap hari.

Banyak yang bilang, generasi saat ini adalah generasi paling melek. Paling cepat adaptasi. Paling terbuka pikirannya. Tapi di balik itu, kita juga generasi yang paling sering kehilangan arah karena terlalu banyak suara dari luar yang bilang "harusnya begini", "kamu seharusnya sudah di titik itu", "kalau kamu berhenti sekarang, kamu kalah".

Jadi kita berjalan. Cepat. Terlalu cepat. Berlari ke segala arah tanpa tahu pasti tujuan. Sibuk menyibukkan diri, menambal sunyi dengan jadwal, rapat, tugas, dan produktivitas. Padahal dalam hati, kita cuma ingin didengar. Ingin dimengerti. Ingin punya ruang untuk jujur tanpa takut diremehkan.

Pernah nggak, merasa lelah tanpa tahu kenapa? Bukan capek fisik, tapi semacam jenuh batin. Semacam kosong yang nggak bisa dijelaskan. Itulah chaos nya jadi manusia muda di zaman ini tampak stabil, padahal di dalamnya sedang cari pegangan.

Dan sialnya, kita sering menyalahkan diri sendiri. Seolah overthinking itu salah. Overfeeling itu lemah. Padahal semua itu cuma tanda: bahwa kita masih hidup. Masih punya hati. Masih belum mati rasa. Dan mungkin, justru lewat rasa itulah kita dipanggil untuk kembali pulang ke dalam menemukan lagi siapa sebenarnya yang selama ini kita abaikan: diri sendiri.

Kita bukan robot. Dan kita nggak harus selalu "on". Dalam perjalanan panjang mencari jati diri, istirahat bukan dosa. Diam bukan kemunduran. Justru di sanalah sering kali kita disadarkan: bahwa diri ini berharga bukan karena sibuk, tapi karena ada. Hadir. Dan layak dicintai bahkan ketika tidak sedang membuktikan apa-apa.

Untuk kamu, untuk kita yang masih berproses, masih sering bingung, dan belum selesai mencari: take your time. It's okay to slow down. Kamu nggak gagal hanya karena kamu butuh istirahat. Kadang, pelan-pelan adalah satu-satunya cara agar kita benar-benar pulang.

Di dunia yang terlalu cepat, kadang kita cuma butuh satu hal: berhenti sebentar. Untuk benar-benar merasa hidup. Bukan sekadar ikut hidup.

Dan kamu yang memang sedang merasa asing di tengah keramaian, kamu nggak harus selalu punya jawaban. Cukup terus bertanya, cukup terus dengar diri sendiri. Dan kalau hari ini kamu cuma bisa istirahat dan bernapas, itu pun sudah cukup. Perjalanan masih panjang, tapi nggak apa-apa kalau kamu mulai dari diam.

Nggak semua kelelahan butuh liburan. kadang, kita cuma perlu pulang ke dalam. Dengerin diri sendiri. Dan berhenti membuktikan segalanya ke semua orang.

Siapapun terima kasih banyak sudah meluangkan waktunya untuk membeca coretan kecil ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun