Mohon tunggu...
Alvita Rahma
Alvita Rahma Mohon Tunggu... Mahasiswi | Penulis | Kreator | Blogger

suka menulis, membaca, berkarya, dan berkreasi.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Sibuk Tapi Lost: Cari Jati Diri di Era Nonstop

16 Mei 2025   20:55 Diperbarui: 16 Mei 2025   20:49 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Zaman sekarang, kesibukan seolah jadi identitas. Semakin padat jadwal, semakin valid eksistensi. Kita terbiasa menjawab "sibuk banget" seolah itu pertanda kita sedang hidup benar. Tapi di balik semua itu, ada perasaan yang sering kita pendam: rasa kosong, lelah, dan bingung. Sibuk, tapi lost. Ngelakuin banyak hal, tapi nggak tahu lagi apa yang sebenarnya kita cari.

Gen Z tumbuh di era serba cepat dan penuh ekspektasi, penuh distraksi. Teknologi memudahkan segalanya, tapi juga bikin kita gampang kehilangan arah. Kita multitasking, terus scrolling, ikut tren, ngejar target, tapi jarang banget duduk sebentar dan nanya: "Aku ini lagi ke mana, sih? Aku ngapain semua ini buat siapa?"

Selain itu, Gen Z sendiri cenderung diajarin buat selalu produktif, selalu connected, dan selalu 'on'. Tapi nggak semua hal itu bikin kita bahagia. Kadang, makin sibuk malah bikin kita lupa dengerin suara hati sendiri. Kita jadi pelan-pelan ninggalin diri kita sendiri di belakang, dan akhirnya bingung kenapa rasanya kayak ada yang hilang.

Cari jati diri itu bukan soal langsung nemu jawabannya hari ini juga. Itu proses yang panjang, yang kadang berantakan dan bikin pusing. Tapi itu penting. Karena tanpa tahu siapa kita dan apa yang kita butuhin, semua kesibukan itu cuma jadi rutinitas yang kosong.

Kita jadi jago tampil 'oke' di luar, tapi di dalam hati sering chaos. Bukan karena kita ga kuat, tapi karena terlalu sering lupa ngasih ruang buat diri sendiri. Padahal, nyari jati diri itu butuh ruang sunyi. Butuh waktu untuk nggak ngapa-ngapain, buat sekadar kenal lagi sama diri sendiri. Karena gimana bisa kita ngerti siapa kita, kalau setiap hari kita sibuk jadi versi yang diharapkan orang lain?

Istirahat sering dianggap salah besar, padahal itu bentuk keberanian. Keberanian buat jujur bahwa kita nggak bisa terus lari tanpa henti. Berhenti sebentar justru bentuk peduli. Nge-recharge diri bukan berarti nyerah, tapi bukti kita tahu: mental dan hati juga butuh dirawat.

Jadi, pelan-pelan aja. Jalanin hidup dengan ritme kita sendiri. Karena hidup bukan lomba, dan jati diri bukan sesuatu yang harus ditemukan buru-buru. Kita boleh sibuk, tapi jangan sampai kehilangan arah. Jangan sampai diri kita sendiri tertinggal dalam semua yang kita kejar.

Semoga tulisan ini bermanfaat buat siapapun yang membaca yaaa. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca coretan ini.

Semoga hari-hari kita selalu menyenangkan, tentunya semua bisa selesai sesuai apa yang kita harapkan.

Baca juga: Aku Yang Tertinggal

Selamat beraktivitas.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun