Mahasiswa PGSD UNNES Melaksanakan Bakti Akademisi: Integrasi Seni Rupa dengan Pembelajaran IPAS melalui "Puzzle Peta Interaktif"
Dalam era pendidikan abad ke-21, kreativitas bukan lagi sekadar pelengkap, melainkan ruh utama dalam proses belajar mengajar. Inilah semangat yang dihidupkan oleh mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Negeri Semarang (UNNES) melalui kegiatan Bakti Akademisi. Salah satu wujud nyatanya adalah pengembangan media pembelajaran berbasis seni rupa yang diberi nama "Puzzle Peta Interaktif" untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) kelas IV SD.
Seni Rupa sebagai Jembatan Ilmu
Seni rupa dalam konteks pendidikan dasar bukan hanya tentang menggambar atau mewarnai, melainkan sarana berpikir visual yang mampu menjembatani konsep abstrak menjadi konkret. Ketika siswa diajak memahami simbol, arah mata angin, dan bentuk wilayah pada peta, banyak yang masih kesulitan membayangkan hubungan antara gambar dan dunia nyata. Di sinilah seni rupa mengambil peran.
Melalui Puzzle Peta Interaktif, unsur estetika warna, bentuk, dan visualisasi menjadi jalan masuk bagi siswa untuk belajar secara menyenangkan dan bermakna. Proses belajar bukan lagi sekadar mendengarkan penjelasan guru, tetapi melibatkan tangan, mata, dan pikiran secara aktif.
"Puzzle Peta Interaktif": Belajar Peta dengan Sentuhan Seni
Media ini berbentuk puzzle peta sederhana yang didesain dengan bahan karton tebal atau kertas seni berwarna kontras. Setiap potongan mewakili bagian wilayah tertentu pulau, provinsi, atau bahkan lingkungan sekitar sekolah. Siswa diminta menyusun potongan-potongan itu hingga membentuk peta utuh, lengkap dengan simbol, legenda, dan arah mata angin.
Kegiatan ini bukan sekadar permainan. Saat menyusun potongan, siswa dilatih berpikir logis, mengenal pola spasial, serta mengembangkan motorik halus dan konsentrasi. Ketika dimainkan dalam kelompok, muncul pula nilai-nilai kolaborasi, komunikasi, dan empati hal yang sejalan dengan profil lulusan.
Integrasi IPAS dan Pembelajaran Mendalam
Kurikulum Merdeka menekankan pentingnya pembelajaran mendalam (deep learning), yaitu belajar yang melibatkan olah pikir, olah hati, dan olah rasa. Puzzle Peta Interaktif menjadi contoh konkret penerapan prinsip ini.
Siswa tidak hanya menghafal letak wilayah atau simbol peta, tetapi diajak menemukan makna di balik setiap potongan puzzle: mengapa arah utara berada di atas, bagaimana simbol digunakan untuk mewakili tempat, hingga bagaimana peta menggambarkan dunia nyata secara sederhana.
Pendekatan semacam ini membuat pembelajaran IPAS terasa hidup dan relevan. Anak-anak belajar sambil bermain, berpikir sambil berkreasi, dan memahami ilmu pengetahuan dengan cara yang dekat dengan pengalaman mereka sendiri.
Dampak Bagi Guru dan Siswa
Bagi guru, media ini menjadi angin segar dalam pembelajaran IPAS. Materi yang biasanya dianggap sulit kini dapat disampaikan dengan cara yang interaktif, visual, dan menyenangkan. Guru juga lebih mudah melakukan penilaian autentik melalui observasi proses kerja siswa, kolaborasi, serta kemampuan refleksi mereka.
Sementara bagi siswa, pengalaman belajar dengan Puzzle Peta Interaktif membangkitkan rasa ingin tahu, mengasah ketelitian, serta menumbuhkan semangat untuk terus belajar. Mereka tak sekadar menjadi penerima informasi, tetapi juga pencipta makna dari setiap potongan peta yang mereka susun.
Seni Rupa untuk Pendidikan yang Bermakna
Apa yang dilakukan mahasiswa PGSD UNNES ini merupakan bentuk nyata bahwa seni rupa bukan hanya ekspresi estetika, tetapi juga sarana edukatif yang menumbuhkan berpikir kritis, kreatif, dan reflektif. Lewat kegiatan Bakti Akademisi, mahasiswa tidak hanya mengasah kemampuan akademik, tetapi juga memberi kontribusi langsung pada dunia pendidikan dasar.
Media Puzzle Peta Interaktif menjadi simbol bahwa pendidikan yang bermakna lahir dari perpaduan antara ilmu dan seni. Ketika tangan anak-anak bergerak menyusun potongan peta, sejatinya mereka sedang menyusun pengetahuan, membangun logika, dan menumbuhkan kecintaan pada belajar.
Melalui inovasi sederhana namun sarat makna ini, mahasiswa PGSD UNNES menunjukkan bahwa pembelajaran IPAS dapat dikemas dengan sentuhan seni rupa yang kreatif. Dari potongan-potongan puzzle itu, tersusun harapan besar: lahirnya generasi pembelajar yang berpikir kritis, berjiwa kolaboratif, dan memiliki kepekaan estetika terhadap dunia di sekitarnya.
Karena pada akhirnya, pendidikan bukan hanya soal memahami peta dunia tetapi juga tentang menemukan arah dalam perjalanan belajar yang menyenangkan dan bermakna.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI