Mohon tunggu...
Alvian Ramdhani
Alvian Ramdhani Mohon Tunggu... Mahasiswa

Baca buku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Antara Sepatu Lama Dan Langkah Baru

12 Oktober 2025   23:08 Diperbarui: 12 Oktober 2025   23:08 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
galeri poto and editing AI

Ada saat di mana sesuatu hilang bukan karena diambil, melainkan karena memang sudah tiba waktunya pergi. Sepatu yang dulu kukasihi padamu termasuk di antaranya. Ia bukan sekadar alas kaki melainkan tanda kasih, pengingat perjalanan, dan simbol harapan yang dulu tumbuh di antara kita. Kini, kabar bahwa sepatu itu telah hilang membuat saya tidak lagi marah atau kecewa; hanya ada diam yang terasa tenang di dalam dada.

Dulu, aku memberikannya dengan maksud sederhana: agar langkahmu terasa ringan, agar perjalananmu tak sepi. Namun mungkin saya lupa, setiap orang punya arah dan ritme langkahnya sendiri. Tidak semua jalan bisa ditempuh berdua; sebagian harus dijalani sendirian agar tahu ke mana sebenarnya kaki ingin menuju. Dan dari kehilangan itu, aku mulai paham bahwa memberi dengan tulus berarti siap kehilangan tanpa menuntut kembali.

Sekarang aku memilih menyendiri, bukan karena ingin menjauh, tapi karena ingin memahami. Dalam sepi, aku belajar bahwa kehilangan tidak selalu berarti melarikan diri. Kadang-kadang ia justru menjadi bagi jiwa untuk bernapas, untuk menata ulang langkah-langkah, dan untuk menatap kembali jalan yang pernah kulewati. Di sanalah aku menemukan diriku yang dulu hilang seseorang yang pernah terlalu sibuk menjaga langkah orang lain hingga lupa menjaga pijakannya sendiri.

Sepatu yang kukasihi Anda mungkin telah menemukan penggantinya. Ia kini melangkah bersama langkah baru, menapaki kisah yang bukan lagi milikku. Tapi tidak apa-apa. Karena aku juga sedang belajar menapaki jalanku sendiri perlahan, tenang, tanpa tergesa-gesa. Kehilangan itu tidak membuat berhenti berjalan; justru mengajarkanku arti pulang yang sebenarnya.

Dan di antara sepatu lama serta langkah baru, saya akhirnya mengerti: tidak semua yang pergi harus disesali. Sebab setiap kepergian selalu meninggalkan jejak bukan di tanah, tapi di hati yang sudah belajar menerima.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun