Mohon tunggu...
ALVIANA CAHYANTI
ALVIANA CAHYANTI Mohon Tunggu... -

SMA N 1 Purworejo (Muda Ganesha '10) |\r\nMahasiswi aktif jurusan Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Fokasi |

Selanjutnya

Tutup

Money

Jeruk yang Satu Ini Beda, Murahnya Gila-gilaan, Sanggup Beli Berkilo-kilo

29 Oktober 2013   14:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:53 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_297897" align="alignleft" width="300" caption="Jeruk Jawa Timur yang berhasil saya foto"][/caption]

Jeruk merupakan salah satu jenis buah yang digemari banyak orang dari berbagai kalangan. Mulai dari anak kecil, orang dewasa hingga orang tua. Bila pergi kemana-mana, tidak jarang kita jumpai orang tua kita, atau nenek kakek kita, atau paman bibi kita membeli buah yang satu ini sebagai oleh-oleh. Tidak hanya itu, banyak keluarga yang mengandalkan keberadaan buah ini sebagai daftar utama sebagai pencuci mulut yang selalu ada di meja makan. Mungkin tidak hanya itu saja alasan mengapa saya bisa menilai bahwa buah jeruk merupakan bua yang sangat digemari masyarakat kita. kalau ada yang ingat, mungkin sebagian besar masyarakat kita juga masih banyak yang ketika menengok tetangganya yang sakit, mereka sering membawa buah jeruk dalam keranjang parsel mereka. Nah salah satu alasan yang saya tahu mengapa buah jeruk ini begitu digemari adalah, selain rasanya yang enak dan segar, harganya juga relatif terjangkau bagi pasaran umum. Jadi buah jeruk ini mampu memasuki berbagai lapisan masyarakat kita, karena notabene-nya buah jeruk bukan merupakan buah yang elit seperti anggur.

Nah bagi anda yang menggemari buah jeruk, saya ada laporan menarik yang penting untuk anda ketahui, siapa tahu anda tertarik dan kemudian tulisan saya ini memberikan rekomendasi khusus untuk jeruk-jeruk tersebut.

Jadi, yang pertama ingin saya tanyakan kepada anda adalah, apakah anda seorang yang biasa bepergian jarak jauh dengan mobil pribadi, motor, atau bus?

Kalau anda sering bepergian jauh dengan bus, utamanya bus ekonomi, mungkin anda sudah terbiasa dengan banyaknya penjual di dalam bus. Mulai dari permen, makanan ringan, souvenir, sampai dengan yang akan saya bahas ini, yaitu, penjual buah-buahan.

Kembali ke topik jeruk tadi, anda mungkin sudah biasa melihat jeruk dijual dipasar-pasar tradisional maupun supermarket, tetapi anda yang tidak sering bepergian dengan bus ekonomi pasti asing melihat jeruk dengan keranjang-keranjang buah besar dijual di dalam bus yang dijual dengan cara unik dan terjangkau.

Pulang kampung kemarin, saya yang memang biasa pulang-pergi dengan bus ekonomi menempuh perjalanan Jogja-Wonosobo, seperti biasa menaiki bus ekonomi dari terminal giwangan menuju Prembun. Tepatnya di kota Wates, ada seorang laki-laki setengah baya yang mengangkat keranjang-keranjang besar.Lain halnya dengan pengamen, laki-laki tadi adalah seorang pedagang buah jeruk. Dia mulai menawarkan dagangannya kepada para penumpang.

[caption id="attachment_297900" align="aligncenter" width="300" caption="Pedagang Jeruk dari Jawa Timur"]

13830313861512720502
13830313861512720502
[/caption]

Tidak seperti kebiasaan penjual yang telah membungkus rapi dagangannya dan menyodorkannya ke setiap bangku, pria ini memiliki cara unik dalam menawarkan dan menjual jeruknya kepada penumpang. Pertama-tama dia mengucapkan salam dan memperkenalkan diri, siapa, dari mana dan mau apa. Pria itu memperkenalkan dirinya sebagai pedagang jeruk dari Jawa Timur yang mau mendagangkan jeruknya. Setelah memperkenalkan diri, dia mengatakan agar penumpang jangan kaget kalau ada jeruk yang besar-besar dijual dengan sangat murah. Saya sendiri memberi perhatian tersendiri terhadap kalimat itu, “apa iya jaman sekarang ada barang bagus dengan harga murah”, pikir saya. Kemudian pria pedagang jeruk tadi bertanya kepada para penumpang dalam bahasa Jawa, “biasanipun panjenengan sedaya menawi mundhut jeruk wonten supermarket utawi wonten pasar, setunggal kilo-nipun angsal pinten pak, buk?” (biasanya kalau anda beli jeruk di pasar atau di supermarket, satu kilonya dapat berapa biji, pak, bu..?) Pria pedagang jeruk itu memastikan bahwa kalau membeli jeruk di pasar atau supermarket, paling-paling hanya mendapat 7-8 biji, juga harganya mencapai belasan riburupiah. Nah, dalam kesempatan ini, pria pedagang jeruk dari Jawa Timur ini mengatakan bahwa jeruk yang ia bawa adalah panenan sendiri, sehingga bisa ia jual lebih murah dibanding harga pasaran. Juga dikarenakan ia tidak membawa alat timbang, maka sistem jual yang ia tawarkan kepada penumpang adalah sistem “borongan” alias sistem beli sebanyak-banyaknya dengan harga seminim-minimnya.

Pertama ia tawarkan 10rb 1 kantong isi 10. Bagi orang yang biasa beli diluar dengan harga belasan dan paling-paling hanya mendapat maksimal 8 biji, maka angka tersebut sangat menggairahkan pembeli. Maka akhirnya ada yang membeli juga. Kesempatan selanjutnya, ketika ia menawarkan kembali dan belum ada yang tertarik lagi, ia naikkan lagi jumlah jeruknya. Kali ini ia menawarkan masih dengan harga 10rb dengan isi 12 biji. Kali ini belum ada mangsa, kemudian pedagang jeruk tadi akhirnya mengatakan bahwa penumpang boleh menawar jumlah jeruknya, barang kali kurang banyak. Dan betul, beberapa penumpang ada yang meminta 1 kantong isi 15. Akhirnya pria pedagang jeruk itu membolehkan, dengan harga tetap perkantong 10ribu rupiah. Sepuluh ribu rupiah dapat 15 biji jeruk, siapa yang tidak tertarik? Akhirnya, ada volunteer lagi yang membeli jeruk itu karena merasa tertarik dengan tawaran murah kali ini. dan apa yang terjadi, pembeli pertama tadi akhirnya membeli lagi tawaran jeruk dengan isi 15 biji, karena menganggap jumlah 10 biji tadi belum semurah kali ini.

Begitulah seterusnya, yang saya amati, banyak ibu dan bapak-bapak yang akhirnya membeli sebagai oleh-oleh, mereka merasa dimudahkan dengan pembelian jeruk yang praktis dan terjangkau. Mereka yang dalam perjalanan, sedikit banyak pasti akan memikirkan oleh-oleh untuk orang di rumah. Walaupun kendatinya, kalau dihitung-hitung, asumsi saya, keuntungan penjual bisa besar karena sistem “borongan” tadi. Namun tidak terpungkiri pula bahwa dalam hati saya mengapresiasi konsep dan strategi dagang seperti yang pria itu pakai, ia tahu betul sasaran dan strategi pasarnya. Ini menjadi insprirasi tersendiri bagi saya sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi yang tengah mempelajari bagaimana seorang advertiser maupun public relation seharusnya mengenali sasaran dan strategi komunikasinya dalam segala bentuk usaha atau bisnis agar tepat target dan tercapai tujuannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun