Mohon tunggu...
Aluska Alus
Aluska Alus Mohon Tunggu...

the deeper wisdom bringing in its own way the special request to pass

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kamu Yakin?... Kamu Sekarang Yakin!

11 Februari 2014   17:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:56 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ketika kami mengobrol, dia beberapa kali menerima telepon. Dari caranya berbicara aku menarik kesimpulan ada sesuatu di antara mereka berdua. Tapi, aku tidak mau bertanya. Sampai akhirnya dia yang bercerita. Tidak seperti yang sebelumnya kali ini disampaikan dengan lkalem.

Walau aku sudah berusaha menahan diri, tak urung keluar juga dari mulutku, kusampaikan dengan lembut. "Kamu sekarang yakin?"

Cukup lama kami saling terdiam. Meja kami berada di teras. Cafe mau tutup. Para waiter disana minta izin pulang dan mempersilahkan kami boleh tetap duduk disana. Mereka bahkan menuangkan minuman kami ke dalam gelas plastik. Akhirnya, dia mengatakan, jika waktunya tiba dia meminta aku datang memberikan restu. Aku yakin dia telah banyak mengambil pelajaran. Secara tulus aku mengatakan aku akan mendoakannya. Kami berpisah.

Sekian waktu kami kembali tidak berjumpa. Sampai pagi tadi aku menerima bbm darinya. Seperti biasa, kami saling memberi emoticon menggambarkan senangnya dapat berjumpa pagi ini. Kemudian, berikut aku membaca pesan yang ditulisnya bahwa aku harus datang. Aku tidak perlu bertanya untuk apa. Aku tahu.

Dia kembali menulis sungguh mengharapkan kedatanganku. Aku membalasnya dengan sangat panjang, bukan untuknya, tapi untuk disampaikan pada si dia. Apa yang ada di kepalaku aku tuliskan dan memintanya berjanji memberikan untuk dibaca si dia.

Dia memberikan hug and kisses emoticon banyak sekali. Sekali lagi dia memastikan bahwa jangan sampai aku tidak datang. Dengan bercanda aku tulis bahwa aku pasti datang karena aku juga ingin ketularan kebahagiaannya. Sekarang ganti dia yang jadi penasaran. Aku hanya tertawa. Aku berkata this happiness moment is hers, not mine yet.

Dia membuatku menangis pagi ini. Bahagia. Sebetulnya kami tidak dekat dekat amat, tapi dia secara tidak sengaja melibatkan aku ke dalam fase penting dalam kehidupannya. Aku jadi merasa seperti ibu peri yang baik hati yang harus datang memberikan semua nubuat kebahagiaan baginya.

Pagi ini doaku juga untuk dia. Aku sungguh memohon kebahagiaan melimpah dalam hidupnya.

"Kamu sekarang yakin."

Aku akan datang.

*for imoet

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun