Mohon tunggu...
Aluska Alus
Aluska Alus Mohon Tunggu...

the deeper wisdom bringing in its own way the special request to pass

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kamu Yakin?... Kamu Sekarang Yakin!

11 Februari 2014   17:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:56 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kamu yakin?" aku berusaha membawanya untuk melihat segala sisi.

Tidak mempan. Melihat wajahnya  yang sekarang menimbulkan belas kasihan akhirnya aku pun hanya mampu berkata, "Jika kamu yakin, maka..........." Belum juga selesai yang mau kukatakan dia sudah melonjak gembira dan berterima kasih untuk dukunganku.

Dia mengundangku, tapi aku tidak datang. Bukan karena apa apa, aku malas saja. Tidak ada alasan lain. Oh, ya, ada. Aku gemas melihat dirinya. Tapi itu adalah hidupnya, apapun yang kukatakan hanya dia yang berhak mengambil keputusan.

Lama, aku tidak bertemua dengan dia. Aku beberapa kali melihatnya, menyaksikannya. Tak urung aku jadi tertawa melihat perubahan dalam dirinya. Perubahan yang positif. Si bungsu yang manja tapi pemberani. Aku kagum dengan kecerdasannya. Dia manis, lembut, tetapi, ya, itu, tentu bisa juga berbuat bodoh. Tapi siapa sih yang tak pernah berbuat bodoh.

Bukankah ada sesuatu yang tak bisa kita hindari dalam cerita hidup kita?

Kami bertemu lagi. Dia terlihat lebih dewasa, tapi di mataku dia adalah seorang teman yang sangat manis dan lucu.

Beberapa hari kemudian dia mengirim pesan singkat mengajak bertemu. Tentu saja aku senang.

Dibuka dengan gosip gosip ringan yang membuat kami terbahak bahak. Kami juga bicara yang serius. Hingga kelihatan dia tidak sabar menanyakan padaku apakah aku sudah mendengar berita tentang dirinya. Terus terang aku mengatakan kepadanya rasanya aku pernah mendengar tapi aku tidak percaya.

Dan, saat itu, aku harus percaya karena dia langsung menceritakannya padaku. Aku tidak ingin bertanya lebih jauh.

Aku agak merasa bersalah atau ini kesempatan baginya untuk menyalahkanku. Dia menambahkan semua itu terjadi karena aku tidak datang menghadiri. Bahkan dengan entengnya dia mengatakan bahwa itu terjadi karena salahku, karena ketidakyakinanku maka itu terjadi. Aku tersenyum.

Sejak awal aku memang tidak yakin. Ketika itu aku dapat melihat gambar besarnya sekaligus  detailnya.  Sementara, dia kebetulan hanya berada di satu sudut tanpa punya waktu untuk diberi kesempatan melihat sekeliling.  Sangat manusiawi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun