Mohon tunggu...
Abdul Latip
Abdul Latip Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar

Belajar sepanjang Hayat | Lecture | alatip0212@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Potret Pendidikan Kita Hari Ini

2 Mei 2018   21:12 Diperbarui: 2 Mei 2018   21:23 770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : merahputih.com

Mungkin kita pernah mendengar atau melihat tulisan "SD 6 tahun, SMP 3 tahun, SMA 3 tahun dan Kuliah 4 tahun total 16 tahun, tapi masih buang sampah sembarangan?" tulisan tersebut merupakan tamparan untuk sistem pendidikan, bagaimana pun 16 tahun belajar berbagai hal tetapi tidak memberikan efek untuk sesuatu yang sebenarnya bersifat sederhana (buang sampah pada tempatnya).

Lalu mari perhatikan orang-orang yang menyebrang jalan, kita yakin bahwa semua orang tahu fungsi dan kegunaan zabra cross sebagai bagian jalan yang disediakan untuk menyebrang.

Namun pada kenyataanya, masih banyak orang yang tidak menggunakan zabra cross ketika menyebrangi jalan, akibatnya sering terjadi kecelakaan dan kemacetan karena banyak orang yang menyebrang disembarang bagian jalan.

Apakah mereka tahu cara menyebrang jalan yang baik? Apakah mereka tahu seharusnya menggunakan zebra cross untuk menyebrang jalan? Kita yakin mereka tahu, tetapi dengan berbagai alasan mereka tidak menerapkan apa yang mereka tahu. Disadari atau tidak ini juga merupakan hasil dari sistem pendidikan kita.

Dua contoh sederhana di atas membawa perenungan mengenai sistem pendidikan yang ada di negara ini, yang kemudian dituangkan dalam sebuah goresan sederhana dari orang biasa mengenai potret pendidikan kita saat ini. Goresan sederhana ini diambil dari sudut pandang sebagai subjek yang merasakan terjun langsung di lapangan sebagai guru maupun dari sudut pandang lain yaitu dari berbagai kajian, analisis dan pengamatan. Pemaparan ini setidaknya bisa menggambarkan pendidikan kita saat ini,

  • Pendidikan kita adalah pendidikan yang didominasi aspek pengetahuan. Disadari atau tidak, sistem pendidikan kita mengarahkan anak-anak untuk menguasai berbagai pengetahuan tanpa diimbangi dengan pemberian pomahaman makna dan esensi dari pengetahuan tersebut. Anak-anak di Indonesia menghabiskan sekitar 8 jam/hari atau 40 jam/minggu untuk mengenal berbagai pengetahuan. Namun dari 40 jam/minggu tersebut, porsi pemberian makna dan esensi akan pengetahuan yang dipelajari sangat sedikit. Sehingga anak-anak Indonesia mengetahui banyak hal tapi minim pengaplikasian dari pengetahuan yang mereka miliki. Jika merujuk pada 4 pilar pendidikan dari UNESCO (Learning to know, learning to do, learning to be dan learning to life together), sistem pendidikan kita memberikan porsi yang besar pada learning to know, sementara 3 pilar lainnya memiliki porsi yang sangat minim. Sistem pendidikan yang demikian membawa dan menghasilkan orang-orang yang mengetahui dan memiliki banyak pengetahuan, tetapi sedikit sekali diaplikasikan dan diterapkan dalam kehidupan nyata, bahkan dengan pengetahuannya tersebut sedikit memberikan efek bagi peran kehidupannya.
  • Orientasi Pendidikan Kita masih Mengutamakan Aspek Kuantitatif. Pendidikan kita masih mengutamakan aspek kuantitatif dalam bentuk angka pada berbagai prosesnya, mulai dari proeses pembelajaran sampai pada proses penilaian pembelajaran. Angka/Nilai menjadi suatu hal yang dijadikan utama dalam pendidikan kita, sehingga pada akhirnya anak-anak mengejar dan berusaha mendapatkan nilai berupa angka dengan menggunakan berbagai cara. Orientasi kuantitatif terlihat dari adanya nilai KKM yang menjadi batas minimal angka yang harus anak peroleh, segala cara dilakukan untuk mencapai KKM, sampai-sampai esensi dari pembelajaran remedial pun dikesampingkan. Selain itu orientasi kuantitatif juga terlihat dari pelaporan hasil belajar dalam raport, dalam pendidikan kita saat ini, yang pertama diperhatikan dalam raport adalah nilai yang berupa angka, sementara aspek kualitatif seperti deskripsi tidak diperhatikan secara lebih spesifik dan cenderung disamakan polanya antar setiap anak, padahal jika diperhatikan secara lebih spesifik akan terlihat bahwa setiap anak memiliki perbedaan yang unik yang seharusya disampaikan melalui deskripsi kualitatif.
  • Sakralnya Ujian Nasional dan Ujian lainnya dalam Pendidikan Kita. Disadari atau tidak, ujian nasional dan ujian-ujian lainnya yang diselenggarakan oleh pendidikan kita menjadi sesuatu yang sakral. Apalagi Ujian Nasional, semua pihak dari mulai pemegang kebijakan, sekolah, guru, orang tua dan siswa semuanya sibuk mensakralkan ujian ini. Terkadang kesakralan ujian-ujian yang diselenggarakan dalam pendidikan kita menjadi sesuatu yang menakutkan bagi siswa, bahkan tidak jarang ada siswa yang kemudian stres dan depresi karena ujian-ujian tersebut. Kesakralan ujian ini akan semakin terasa ketika nilai atau hasil ujian yang dilaksanakan menjadi syarat kelulusan, semua cara akan diupayakan oleh berbagai pihak, bahkan terkadang cara-cara yang dilarang pun dilakukan agar bisa mencapai batas minimal kelulusan.
  • Berkurangnya Esensi Mata Pelajaran. Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik yang berbeda, dalam setiap mata pelajaran terkandung esensi dan makna yang berupa pengetahuan, keterampilan dan karakter.  Namun seiring perkembangannya, esensi dari setiap mata pelajaran semakin hari semakin pudar, fokus utama setiap mata pelajaran kini hanya pada aspek pengetahuan saja, sementara aspek lain kurang terperhatikan secara maksimal. Sebagai contoh dalam mata pelajaran sains, esesnsi dari mata pelajaran sains antara lain, 1) pengamatan fenomena alam, 2) Mencari tahu proses dan penyebab fenomena alam terjadi, 3) Menerapkan konsep sains dalam konteks nyata. Namun esesnsi tersebut semakin tidak tampak dalam pembelajaran, dalam pendidikan kita hari ini, matematika dan kelompok mata pelajaran sains sangat identik dengan rumus, formulasi dan penyelesaian matematis. Sementara aspek lain yang menjadi bagian penting dari mata pelajaran sains tidak diberikan secara maksimal. Semakin berkurangnya esensi dari setiap mata pelajaran ini merupakan akibat dari tuntutan sistem pendidikan yang ada sekarang ini.

Itulah 4 potret pendidikan kita hari ini, semoga pada momentum hari pendidikan nasional ini, sistem pendidikan kita semakin maju dan kokoh dalam segala aspeknya serta bisa menghasilkan sumber daya manusia dan produk sistem pendidikan yang berkualitas.

Selamat Hari Pendidikan Nasional

Bandung, 2 Mei 2018

Abdul Latip

alatip0212@gmail.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun