Cinta itu juga yang membuatnya bertahan saat PSS sedang berada di titik terendah. Musim ini, misalnya, saat kekalahan datang bertubi-tubi, manajemen kacau, dan ancaman degradasi terasa nyata, Hilmy tetap datang ke stadion. Tetap menyuarakan dukungan. Tetap berdiri di tribun yang sama.
"Kecewa, sedih, iya. Tapi pemain bisa datang dan pergi. Kita, suporter, akan selalu ada," ujarnya.
Satu hal yang tidak pernah berubah darinya adalah prinsip "ora muntir". Hilmy percaya bahwa suporter sejati tidak hanya hadir saat tim berjaya, tapi juga saat tim terpuruk. "Kalau cuma soal trofi, saya mungkin sudah kelain hati," katanya. Tapi tidak. Ia tetap bertahan, bahkan ketika harapan terasa seperti fatamorgana.
Yang menarik, dukungan Hilmy tidak hanya datang dari dirinya sendiri. Keluarganya pun memahami dan menerima pilihannya. Bahkan, kadang ingin ikut ke stadion. "Tabrak semua yang menghalangi, hahaha," ujarnya bercanda. Tapi dari canda itu, saya tahu: ia serius. Ia tidak ingin ada satu pun yang menghalangi cintanya pada PSS.
Di kehidupan sehari-hari, PSS adalah denyut nadi bagi Hilmy. Ia membaca berita tentang klub setiap hari, mengikuti rumor transfer, drama manajemen, bahkan statistik pemain. Dan tak jarang, ia memberikan kritik tajam.
"Kalau musim depan masih bertahan, manajemen dan pemain harus dirombak. PSS itu punya marwah. Semua yang terlibat harus punya rasa dalam mengemban tugasnya," katanya dengan nada serius.
Mencintai klub bukan sekadar soal hadir di stadion. Bagi Hilmy, itu tentang memiliki harapan setiap awal musim, meski tahu bisa jadi berakhir dengan luka. Itu tentang berdiri teguh bahkan saat tim berada di dasar klasemen.
Saya pernah bertanya, "Kalau suatu hari PSS benar-benar terdegradasi, kamu masih akan mendukung?"
Hilmy hanya tersenyum kecil, lalu tertawa pelan. "Itu tidak perlu dijawab. Sudah jelas."
Di akhir percakapan, saya memintanya memberikan satu kalimat untuk menggambarkan perasaannya pada PSS. Ia diam sejenak, menatap langit senja, lalu menjawab:
"Mencintai PSS adalah seni kesetiaan yang tidak dimiliki semua orang. PSS Sleman sekonyong-konyong koder."