Anggukan sopir membuat ku langsung membuka pintu angkot dan turun dari angkot dengan tergesa. Di tengah perjalanan aku terpikir sesuatu aku belum membayar ongkos karena-kalau dipikir-pikir lagi jaraknya memang masih dekat dengan sekolah. Aku lari kecil di bawah gerimis yang semakin menjelma menjadi hujan. Aku menyusul mobil ayah yang semakin dekat ke arah sekolah.
Saat sampai, aku diam-diam mengendap mendekati mobil dengan seragam biru dongker yang sedikit basah. Dengan cepat aku buka pintu mobil, langsung masuk dan melupakan apa yang baru saja terjadi. Aku duduk di samping ayah, pura-pura tenang padahal jantungku berdegup kencang seperti habis lari lima KM.
Kejadian itu menjadi pengalaman yang terus teringat di memoriku sekaligus pengalaman kocak yang pernah aku alami. Dari kejadian pribadiku itu juga aku belajar untuk lebih bersabar lagi ketika menunggu ayah saat menjemput dan tidak mengambil keputusan di saat kepanikan melanda. Hingga tamat MTs, bahkan sampai sekarangpun aku tidak pernah menceritakan kejadian itu pada ayah. Bahwa aku pernah 'kabur' sebentar. Mungkin suatu hari nanti akan aku ceritakan pada keluargaku sambil tertawa bersama.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI