Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kemarau di Hatimu

3 September 2021   17:37 Diperbarui: 3 September 2021   17:46 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarau di hatimu

Sayyid Jumianto

September 2013, di Kokap, Kulon progo

Setelah lama ku bergumul di Semarang, saatnya aku menemukan lagi jati diriku.
Waktu seakan memburuku untuk kembali ke Jogja.

Bukan harapan indah namun perjuangan hidup yang nyata.

"Dharma bhaktimu kami perlukan, walau"
Desir hati ini mendengar kata terakhir, walau, aku sudah bisa menebaknya
"Walau gaji masih kami perjuangkan"

Hidup masih berjuang bertahun aku nikmati
Hanya daun-daun jati kering jadi saksi bisu perjalanan ini.

Semua guru honor akan diangkat
Serasa horor
Dimasa pergantian penguasa
Sekedar pemanis kampanye, lalu dilupakan

"Dulu di kokap selalu terlanda kekeringan tetapi kami berusaha" kata tetua desa

Bak tandon semen jadi saksi, semua dulu memanen hujan
Karena sangat berarti bagi mereka
Jelas ketika Waduk sermo yang beraroma air mata itu diresmikan
Semua terharu

Ember besi,
Klenting
Galon
Tersingkir pam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun