Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Keterbukaan Penyiaran yang Bijaksana

3 April 2021   10:40 Diperbarui: 3 April 2021   10:39 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Keterbukaan penyiaran yang bijaksana

Alsayyid jumianto

Isyu keterbukaan didalam mode penyiaran tanah air yang langsung di gulirkan dalam sambutan hari ulang tahun ke 88 penyiaran nasional. Isyu yang dulu di era ORBA di di tikung dan di perbolehkan diera Reformasi ini sehingga "nyaris " kebablasen disemua media di negeri ini baik media massa dan media aosial dan media terintegrasi lainnya.

Keterbukaan yang dimaksud presiden J adalah jelas keterbukaan informasi kepada masyarakat dengan dicontohkannya pemberantasan pandemi covid 19/corona peran masyarakat dan pemerintah seimbang yang langsung di jembatani oleh media massa dan media sosial yang kuat dalam mengedukasi, mendata dan memberantas sampai informasi vaksinasi yang sungguh terbuka.

Ketulusan

Ketulusan presiden J dalam mencotohkan keterbukaan media  massa penyiaran seakan berbanding terbalik dengan wacana pemerintah untuk "membuka"kran media massa ini sehingga mereka saking terbukanya membuat acara dan peristiwa yang lagi trend diblow up sehingga media penyiaran seragam dalam kontennya ini salah satu efek keterbukaan sekarang

Keterbukaan media massa penyiaran yang bagaimana yang harus di jalankan?

Pertanyaan sulit ketika harus menilainya dari konten sebuah media, pemilik dan juga visi serta misi sebuah penyiaran. Bentuk Lembaga penyiaran  di negeri ini ada lembaga penyiaran publik (TVRI dan RRI) lembaga penyiaran Swasta dan komersil serta lembaga penyiaran Komunitas. Tiga jenis lembaga ini beda platform dan tujuannya dalam menyiarkan konten yang mereka buat untuk mengisi jam siar mereka.

Kembali ke pertanyaan awal artikel ini saya berusaha menampilkan bahwa saking terbukanya malah lembaga penyiaran swasta yang bersifat komersil tentu saja ini malah terkesan menayangkan konten yang hampir seragam, bahkan terkooptasi pada menayangkan konten yang sesuai apa trend dan kekinian yang tentu saja karena talik ulur kepentingan para pengiklan.

Sehingga lembaga penyiaran swasta sering terjebak live pada suatu event tertentu bahkan slotnya sudah dibeli untuk menayangkan kehidupan seorang artis dan ditayang nasional lagi inikah yang di namakan keterbukaan lembaga penyiaran tersebut? Jawabnya hanya berpulang pada diri kita untuk menyikapinya. Karena sebuah konten bisa jadi seragam  lihat saja kasus terorisme minggu-minggu ini semua lenbaga penyiaran menayangkannya dan tampaknya itulah kenyataan akhir-akhir ini. Keterbukaan yang kebablasan adalah sebuah realita dan inilah kehebatan lembaga penyiaran yang ada di negeri ini.

Isyu keterbukaan bisa jadi hanya menjadi bola liar karena apa yang ditutupi sebuah informasi tetap bisa di analogika bahwa demi kepentingan umum bisa dibuka. Bila informasi A1 dari pemerintah bisa jadi rahasia pemerintah tetapu bila publik ingin tahu sebaiknya bisa jadi arsip-arsip sensitif negara bisa dikonsumsi umum dengan keterbatasan juga aturan tertentu maka masyarakat akan senang karena mudahnya akses demi dengan alasan tertentu.

#sebuah analogis

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun