Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[RTC] 1001 Cerita tentang Kita

16 Januari 2019   18:01 Diperbarui: 16 Januari 2019   18:08 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[RTC]1001 cerita tentang kita

Alsayyid jumianto

Apakah harus  bersedih berkepanjangan karena esok akan berjupa lagi dengan kita dan semua yang terjadi bahagia, susah dan sedih adalah juga cobaanNya yang harus kita hadapi semampu kita.

Musibah semua adalah kehendakNya juga karena kita yang mulai dan ini juga berasal dari sang kuasa yang disana.

"pernah aku terbawa air  tsunami itu ketengah samudra yang luas" nafasnya terengah sesekali di tatapnya lautan lepas di depannya dan coba di lanjutkan lagi semua kisah hidupnya ini,

"hanya waktu dan dzikir padaNya yang selamatkan aku dari debur dan ganasnya ombak tsunami itu" lanjutnya lagi.

Duka lara seakan masih disimpanya di dadanya yang membuatnya seakan tidak bisa melupakannya seumur hidupnya kelak.

" semua sudah berlalu dik" bisikku padanya.

"semua lenyap hanya hitungan detik tanpa bisa di cegah lagi" sendunya padaku

"matahari akan terbit lagi dik, inilah cobaan sang kuasa di jagat ini kita hanya bisa hadapi dengan hati pikiran dan rasa yang jernih" jawabku lirih di telinganya.

"terlalu berat mas semua hilang tak berbekas" perasaan hampanya  terbawa di ujung pantai itu aku tahu betapa hati yang dalam nurani  tidak bisa menerima keadaan ini walau semua telah berlalu dan aku benar-benar tidak habis pikir betapa semua bisa ludes kembali rata  tanpa bekas, jiwa-jiwa terambil  dan terampas tanpa  bisa  berlari menyelamatkan diri.

Sepertinya   tidak bisa aku berkata lain kecuali memberikan  bahuku untuk sandaranya mengigatkan kembali tentang cinta-cintanya yang sudah pergi tidak akan pernah kembali lagi dan inilah yang membuatku semakin jatuh cinta padamu dik bisik dan real hatiku yang tidak bisa aku tipu lagi.

"dulu rumah ku ada di bibir pantai ini mas"bisiknya padaku

"lalu apakah harus aku membuatkan rumah  di bibir pantai ini lagi dik?" jawabku  sedikit bertanya

"hatiku yang berkata lain semua sudah berlalu " sendunya

"tetapi masih ada hari esok dik" jawabku padanya.

" ini tentang kenang-kenangan masa lalu yang tidak bsa aku lupakan tentang hati yang selalu gembira diantara bapak ibuku serta adik-adiku yang masih terbayang bila di pantai ini" ceritanya padaku lagi.

Setahun lalu  masih berderet kampung nelayan itu berderet kapal pemancing ikan serta hiruk pikuk anak-anak berlari di dermaga  semua tidak terkira  dan terlupakan  karena semua lenyap dalam pandangan mata ini.

"tsunami itu mas ombak besar yang menenggelamkan semua yang ada"

Semua harus berakhir kesedihan ini  kini dermaga dan kampung nelayan itu mulai tumbuh walau jauh dari pantai tetapi kampung nelayan ini semakin ramai dan  tidak  dapat dilupakan semua kesedihan itu walau aku  dan kamu tidak bersatu lagi aku tetap mengenangmu tetap berjanji selalu menjagamu selama hidup ini.

Tim Admin RTC

karya ini diikutsertakan dalam rangka mengikuti Event Cerpen RTC Duka Indonesiaku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun