Mohon tunggu...
Andrano Mario Hitipeuw
Andrano Mario Hitipeuw Mohon Tunggu... Lainnya - Ini profil yang awalnya dibuat untuk keperluan pelajaran sosiologi sekolah saya. Saya cinta sekolah saya serta guru sosiologi saya yang mendorong saya untuk berani menulis di Kompasiana.

Hanya pelajar biasa yang berangan pergi ke Planet Nibiru dengan roketnya Elon Tusk. "Aku berpikir maka aku ada." - Some guy lel.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perubahan Gaya Hidup Remaja Zaman Dulu dan Sekarang dari Segi Aspek Konformitas Gender

23 Agustus 2020   21:51 Diperbarui: 23 Agustus 2020   22:29 1323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
diambil dari https://healthline.time.com

poster foto Crash Landing On You /asian wiki
poster foto Crash Landing On You /asian wiki

Namun sekarang sudah berbeda. Semua orang lazim saja untuk menggemari budaya Korea. Baik pria maupun wanita. Gosipin performa Hyun Bin di Crash Landing On You sebagai pria remaja dengan sesama pria oke-oke saja. Namun mengapa bisa lazim?

Di zaman yang modern ini, globalisasi kian memarak tentunya dengan perkembangan internet yang semakin pesat. Di era kini, jarang ada yang tidak mempunyai smartphone dan terhubung ke jaringan internet. Akibatnya, serbuan budaya lain pun cepat masuk ke Indonesia begitu juga budaya Korea.

Karena saking banyaknya pengaruh budaya Korea yang masuk lewat internet maka conditioning atau pembiasaan budaya semakin mudah terjadi. Semakin banyak masyarakat yang menganggap hal tersebut sudah lazim dan wajar. Telah terjadi akulturasi dengan budaya Korea. Remaja sekarang banyak yang menggemari budaya Korea dan penggemarnya dimana-mana.

Indonesia sendiri menempati urutan kedua dari daftar penonton K-pop terbanyak di dunia dengan angka 9.9% (Koreaboo). Tentunya perubahan sosial ini berdampak positif dan berjenis progresif.

Baik remaja pria maupun wanita dapat mengekspresikan hobi dan minatnya masing-masing secara bebas dan tanpa dihakimi terhadap budaya Korea akibat akulturasi tersebut.

gambar dari https://mensxp.com
gambar dari https://mensxp.com

Selain budaya Korea, ada hal lain yang menantang status quo konformitas gender yaitu penggunaan skincare. Dulu, remaja pria tidak lazim untuk menggunakan skincare. Perawatan wajah untuk remaja pria dulu sepertinya sebatas sabun wajah saja khusus untuk pria -- dengan produk seperti NIVEA Men, Pond’s Men, dan lain-lain.

Namun ketika seorang remaja pria memiliki lotion, handbody, perawatan skincare lainnya pada zaman dulu pasti akan dipandang sebelah mata. Pria dianggap tidak pantas untuk mempraktikkan perawatan wajah dan bagi yang mempraktikkannya akan dipandang “kecewek-cewekan” dan mungkin dianggap homoseksual.

Sama seperti kasus sebelumnya, pria pada zaman dulu mengalami penyakit maskulinitas rapuh. Artinya takut terhadap ketidakcocokkan dengan stereotip dan standar pria pada umumnya (Sarah H. Dimuccio, Eric D. Knowles). Pada masa modern ini, banyak dari kita yang menyadari bahwa kedua jenis kelamin mempunyai sisi feminin dan maskulin serta menyadari bahwa kita adalah makhluk dinamis yang mempunyai karakteristik yang banyak.

Perubahan sosial ini juga semakin disulut dengan rekognisi kesetaraan gender. Alhasil, sekarang remaja pria pun banyak yang memakai skincare dan hal ini menjadi lazim. Tentunya perubahan ini juga termasuk progresif, pria sekarang bisa mempunyai kulit yang sehat tanpa perlu dihakimi oleh orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun