Mohon tunggu...
Aloisius Johnsis
Aloisius Johnsis Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis yang mengubah rasa menjadi cerita.

Manusia yang senang bercerita, setia untuk menghidupi keyakinannya dan berusaha keras untuk mewujudkan impiannya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menag: Nilai Agama Menyatukan Keberagaman

19 April 2016   21:58 Diperbarui: 20 April 2016   11:07 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Menag sedang menjadi narasumber dalam Temu Kebangsaan Orang Muda/Foto: Aloisius Johnsis"][/caption]“Nilai-nilai agama sejatinya menyatukan kita ditengah keberagaman saat ini. Oleh karena itu dalam konteks Indonesia, kehidupan beragama menjadi satu hal yang vital. Kita harus jaga dan rawat bersama,” ungkap Mentri Agama (Menag) Republik Indonesia Lukman Hakim Saifuddin dalam kegiatan Temu Kebangsaan Orang Muda di Cico Resot Bogor, Jawa Barat, Jumat (8/4) sampai dengan Minggu (10/4).

Kegiatan bertajuk “Bhinneka Tunggal Ika” ini diselenggarakan oleh Komisi Kepemudaan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) bekerja sama dengan Jaringan Gusdurian, Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika (ANBTI), Biro Pemuda dan Remaja Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), dan Dewan Pengurus Nasional Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia (DPN PERADAH).

Menag juga menambahkan, bahwa dalam kehidupan beragama dibagi 2 sisi yaitu eksoteris yang artinya sisi luar seperti tatacara peribadatan, hari-hari keagamaan, dan esoteris yaitu sisi dalam seperti nilai keadilan, kejujuran, hak asasi manusia dan sebagainya. “Masyarakat yang fanatik dan alergi terhadap keberagaman adalah orang-orang yang memahami agama dari sisi luarnya saja. Esensi sesungguhnya dari agama adalah sama, yaitu nilai-nilai esoteris seperti kemanusiaan, perdamaian, yang menjadikan kita manusia baik,” tukas Lukman Hakim Syaifudin.

[caption caption="Yenny Wahid sebagai pembicara dalam Temu Kebangsaan Orang Muda/Foto: Aloisius Johnsis"]

[/caption] Yenny Wahid salah satu narasumber dan anak dari almarhum Gusdur mengungkapkan bahwa kerukunan antarumat beragama harus terus dijaga dan ditingkatkan. “Intoleransi sangat berbahaya karena jika dibiarkan akan bertransformasi menjadi gerakan radikal, dan selanjutnya menjadi terorisme,” ujar anak Presiden ke-4 RI itu.

Sekretaris Komisi Kepemudaan KWI RD Antonius Haryanto mengatakan harapannya agar kaum muda tidak hanya pintar berdiskusi namun juga mahir dalam mewujudkan hasil diskusi tersebut. “Tentunya saya beraharap agar kedepan kegiatan ini dapat ditindak lanjuti kedalam kegiatan-kegiatan yang lebih kongkret,” katanya.

Di Temu Kebangsaaan ini, peserta juga diajak untuk berdiskusi dengan para ahli yang terbagi kedalam 5 tema yaitu, Pembangunan dan Lingkungan Hidup (Sherly Leo), Pemberantasan Korupsi (Surya Tjandra), Tantangan Media Informasi (Savic Alie), Dinamika Keberagaman di Indonesia (Alamsyah Djafar), Pendidikan dan Budaya (Doni Koesoema A). Selain berdiskusi, peserta juga akan menampilkan pentas budaya, dan pameran karya orang muda.

Sebelumnya dihari pertama panitia dan para pemimpin organisasi yang menyelenggarakan kegiatan Temu Kebangsaan Orang Muda menyampaikan latar belakang diselenggarakannya kegiatan ini. “Saat ini kaum muda dihadapkan kepada masalah bangsa yang begitu kompleks dan tantangan jaman yang semakin berat. Kegelisahan itu yang membuat para pemimpin organisasi agama, sosial, dan kemasyarakatan bersama-sama menggelar kegiatan ini,” tutur Anne Apriana Priskila Ketua Panitia. Diakhir pada hari ketiga para peserta yang hadir diajar untuk membuat komitmen bersama agar kebersamaan yang telah dibagun dapat terus dipertahankan.

(AJ)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun