Mohon tunggu...
Taufik Al Mubarak
Taufik Al Mubarak Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Tukang Nongkrong

Taufik Al Mubarak, blogger yang tak kunjung pensiun. Mengelola blog https://pingkom.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Meuloh Teupeh, Resep Lebaran Warisan Keluarga

7 April 2024   20:59 Diperbarui: 7 April 2024   21:15 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses pemanggangan meuloh teupeh. Photo: dok pribadi

Salah satu kuliner dengan resep warisan keluarga tiap menyambut lebaran adalah Meuloh Teupeh atau bandeng yang ditumbuk. Banyak orang luar Aceh bilang meuloh teupeh ini hampir sama dengan bandeng resto. Tapi, kalau dilihat dari proses pembuatannya benar-benar berbeda.

Soalnya, pengolahan meuloh teupeh ini membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Bandeng segar yang baru dipanen dari tambak dibersihkan sisiknya. Lalu, ikan yang sudah bersih itu dipukul-pukul (peh) menggunakan bagian pisau yang tumpul. Ada juga yang menggunakan besi seukuran jari kelingking remaja.

Setelah itu, masih ditumbuk-tumbuk menggunakan gagang pisau agar lebih merata. Seketika, bandeng yang tadinya keras menjadi lembek, karena tulang-tulangnya sudah remuk. Untuk menghancurkan bandeng dalam jumlah besar untuk kebutuhan hidangan kenduri atau pesta, ibu-ibu menggunakan besi seukuran telunjuk orang dewasa. Bandeng-bandeng itu dipukul-pukul dengan lembut, hingga seluruh dagingnya hancur dan lembek.

Sekali pun daging ikan bandeng itu hancur sedemikian rupa, namun kulitnya tetap utuh. Dilihat sekilas, bentuk ikan itu masih tampak sempurna. Kulit bandeng itu selanjutnya dibelah dari sisi sirip bagian atas, dan daging yang sudah hancur dan terburai itu dikeluarkan pelan-pelan. Usus, hati, dan kumpulan darah yang menggumpal itu dibuang, sementara daging ikan dan tulang-tulangnya disatukan dalam wajan atau belanga.

Sementara kulit-kulit ikan itu ditaruh di sebuah wayan berbeda, Tidak dikasih bumbu atau garam. Sebaliknya, daging dan tulang-belulang ikan yang sudah hancur itu dicampur dengan bumbu masak yang sangat kaya rempah-rempah di dalam belanga, dan dipanaskan. Saat daging sudah setengah matang, api di perapian dimatikan.

Setelah dingin, semua tulang yang tadi ikut dipanaskan bersama daging, kini dibuang menggunakan garpu. Proses memisahkan tulang-belulang dari daging ini butuh sering membutuhkan waktu lama. Biasanya ada sekelompok orang duduk melingkar mengelilingi tempayan yang berisi daging bandeng matang, dan mulailah mereka memisahkan tulang dari daging ikan.

Selanjutnya, daging bandeng yang sudah bersih dari tulang, dikumpulkan kembali dan dimasukkan lagi ke dalam kulit-kulitnya yang tadi ditaruh dalam sebuah wayan. Kalau dilihat sekilas, bentuknya sudah kembali menyerupai ikan-ikan bandeng utuh. Setelah semua kulit bandeng terisi, mulailah bagian tubuh ikan itu dibalut dengan daun pisang hingga beberapa lapis. Satu persatu ikan yang sudah dibalut itu diletakkan di atas pemanggang.

Untuk menjaga agar ikan itu tetap gurih, balutan ikan itu diletakkan di atas pemanggang yang bara apinya terbuat dari tempurung kelapa. Asap yang ditimbulkannya juga mengeluarkan bau sedap dan gurih. Dari jauh kita bisa mencium aroma ikan yang sudah matang itu. Itu tandanya, ikan tersebut siap dihidangkan.

Cara penyajiannya sangat sederhana, balutan daun pisang yang sudah rapuh dan kehitam-hitaman itu dibuang, lalu tubuh ikan bandeng tersebut dipotong-potong dengan ukuran sedikit lebih besar dari kue lapis, lalu dihidangkan dalam piring-piring ukuran sedang. Sekilas dilihat menyerupai sushi.

Proses pengolahan meuloh teupeh yang memakan waktu lama itulah membuat kuliner ini istimewa. "Peuneugot haloh peunajoh gasa," begitulah orang di kampung biasanya meringkas proses pengolahan meuloh teupeh. Kini, istilah itu mulai dipelesetkan menjadi "peuneugot haloh peunajoh raja." Atau, kuliner yang diolah sedetil mungkin sebagai makanan raja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun