Mohon tunggu...
Kang Mizan
Kang Mizan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan Peneliti Utama Kementerian Keuangan R.I. email: kangmizan53@gmail.com

Pensiunan Peneliti Utama Kementerian Keuangan R.I.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

BEM UI, Bersuara Jika Anda Tidak Puas dengan Presiden Jokowi

1 Juli 2021   12:14 Diperbarui: 1 Juli 2021   13:27 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Termasuk Presiden Jokowi? Silahkan menjawab dalam hati

Kemudian dilanjutkan dengan kalimat "Demokrasi dirayakan dengan mediokrasi." Maksudnya adalah pembenaran pola demokrasi yang ada sejauh ini. Ini dipertegas dengan kalimat "Orang-orang membenarkan yang biasa, bukan membiasakan yang benar." Yang biasa itu tentunya ada atau bahkan banyak yang tidak benar alias salah.

Kedua, dan ini alinea yang lebih keras. Alinea ini berbunyi 

"Aneka upacara dan akrobat politik terus dipertontonkan untuk memalingkan warga dari kenyataan. Di berbagai mimbar, elit negeri melantunkan nyanyian kemajuan, sebagai candu untuk menidurkan warga dari realitas kerawanan."

Perihal kerawanan, saya yakin ini terkait dengan banyak hal. Sebagian tentu saja terkait dengan kerawanan kemiskinan, hukum dan HAM, kemudahan berusaha, dan pelayanan umum.

Namun, belum begitu jelas siapa yang dimaksud oleh remaja beliau kelahiran tahun 1964 ini. Penulis mencoba menerka. Yang dimaksud oleh suami Linda Natalia Rahma (Almarhumah) ini pada frasa Elit Negeri adalah, sebagian jika tidak seluruhnya, adalah jajaran Kabinet Jokowi-MA. Termasuk juga, sebagian jika tidak seluruhnya, para Ketum Parpol dan anggota DPR. Mohon dikoreksi jika penulis salah tebak.

Dalam hal terkaan penulis itu benar, maka ini juga merupakan suara-suara ketidakpuasan Kang Yudi kepada Rezim Jokowi-MA. Anda para Kompasianer tentu saja dapat memilih kesimpulan yang berbeda dengan penulis.


Di atas penulis sebutkan bahwa selain Instagram, kegalauan sosok putra Sukabumi ini yang juga merupakan alumni Fakultas Ilmu Komunikasi UNPAD juga disuarakan via media mainstream. Kompas.id, 24 Juni 2021, misalnya, tayang artikel Kang Yudi dengan judul "Kompas Etis Kepemimpinan."

Frasa yang mengusik dalam tulisan ini adalah "Enough is Enough," yang dicetuskan oleh George Washington. Presiden pertama AS ini menolak untuk maju kembali ketigakalinya sebagai Capres. Dua periode sudah cukup walaupun tidak ada larangan untuk hal itu dan tidak juga diantisipasi akan mengalami kekalahan. Larangannya hanya berupa Kompas Etis walaupun dengan peluang yang sangat besar untuk terpilih kembali ketigakalinya!

Frasa ini menurut penulis memperlihatkan posisi Kang Yudi, yang secara tegas mengundurkan diri sebagai Kepala Pembinaan Ideologi Pancasila Presiden Jokowi-JK, pada tanggal 7 Juni 2018, untuk secara halus dan santun menolak wacana Jokowi Tiga Periode, yang viral sejauh ini. Penulis sependapat dengan Kang Yudi. Penulis menolak wacana Jokowi Tiga Periode. Bagaimana dengan Anda Kompasianer yang super?

Selanjutnya, dalam artikel ini ayahandanya Bening Aura Qalby ini berpesan agar presiden memahami perintah-perintah konstitusi. Perintah-perintah ini kemudian perlu dilaksanakan dengan integritas moral yang akan menjadi warisan luhur kehidupan bernegara.

Apakah integritas moral yang dimaksud Kang Yudi disini terkait juga dengan perlunya konsistensi antara Yang diucapkan dengan Yang dilakukan? Persisnya, adalah, sebetulnya, apakah Kang Yudi berpendapat bahwa sangat memalukan sekali jika seorang Presiden, di mana saja negara nya, termasuk Presiden Indonesia, yang dalam hal ini Presiden Jokowi, jika berprilaku sebagai "King of Lip Services."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun