Mohon tunggu...
Kang Mizan
Kang Mizan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan Peneliti Utama Kementerian Keuangan R.I. email: kangmizan53@gmail.com

Pensiunan Peneliti Utama Kementerian Keuangan R.I.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Misteri Chen Qiushi, Raynhard Sinaga, dan Merdeka Bersuara

10 Februari 2020   19:10 Diperbarui: 10 Februari 2020   19:13 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kartun Presiden Donald Trump | Sumber: The Guardian

Kita semua tentunya sudah mendengar berita pandemic coronavirus. Virus mematikan ini bermula dari kota Wuhan yang berpenduduk 11 juta jiwa dan merupakan ibukota Provinsi Hubei, Tiongkok. Kita juga mendengar bahwa korban terinfeksi dan meninggal dunia terus bertambah dari hari ke hari dan hingga sore ini angka kematian itu sudah mendekati 1.000 orang dan yang terinfeksi hampir 40.000 orang.

Trend Kompasiana minggu ini adalah gugurnya peniup peluit ancaman mematikan coronavirus baru, Dr Li Wenliang. Berbagai media memberitakan bahwa Dr Li yang berasal dari wilayah Utara Timur (Timur Laut) Tiongkok mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari otoritas setempat karena cuitannya di Sosmed Weibao (Twitter) waktu itu dianggap menimbulkan kepanikan dan ketakutan.

Pagi ini kita juga mendengar insan pers Tiongkok  Chen Qiushi hilang kontak ketika sedang melakukan tugas jurnalisme di kota Wuhan itu. Di bawah ini kelihatannya foto viral ke seluruh dunia yang diunggah dari video Youtuber Chen yang memiliki nama lengkap Cheon Chu Shi. Dugaan penulis ini merujuk ke narasi The Washington Post, Senin, 10 Februari.

Korban VirusCorona tergeletak di Lobby RS Wuhan | Sumber: Daily Mirror dalam Kronologi.id
Korban VirusCorona tergeletak di Lobby RS Wuhan | Sumber: Daily Mirror dalam Kronologi.id
Chen adalah netizen jurnalist, tidak berafiliasi secara resmi dengan media berbadan hukum, juga berasal dari wilayah Tiongkok yang sama dengan Li yaitu Utaratimur (Northeast) daratan Tiongkok. Ia cukup vokal dalam mendukung kegiatan Pro Demokrasi Hong Kong, namun ia hanya diingatkan berulang kali oleh rezim Xi Jinping. Ia tidak dipenjarakan atas suara-suaranya yang mendukung demokrasi Hongkong dan mengkritik rezim pemerintahan komunis ini. 

Dengan demikian, Rezim Komunis Tiongkok sebetulnya juga memiliki toleransi pada desakan merdeka bersuara di negara Panda ini. Namun, negara ini, seperti di seluruh negara yang lain termasuk Indonesia, juga memiliki rambu-rambu merdeka bersuara walaupun tidak begitu jelas.

Dalam kasus whistle blower Dr Li Wenliang, ia hanya diingatkan oleh administratur RSUP Wuhan dan kemudian diintrograsi oleh pejabat kepolisian setempat dan menandatangani beberapa kesepakatan. Puluhan ribu cuitan belasungkawa dan kemarahan netizen Weibo atas wafatnya pahlawan medis ini dihapus oleh otaritas Tiongkok keesokan harinya. 

Terlihat di sini bahwa pemerintah negara motor ekonomi dunia ini merasa cuitan netizen Weibo tersebut sudah melanggar rambu-rambu jurnalistik yang mungkin tidak begitu jelas dan/atau tidak tertulis. Menarik untuk membandingkan sensor di negara mitra dagang utama Indonesia dengan beberapa negara mitra dagang utama Indonesia yang lain seperti Amerika Serikat dan Inggris.

Di Inggris mungkin kita masih ingat dengan kasus sexual harrasment yang dilakukan oleh WNI Raynhard Sinaga. Kasus hukum mahasiswa program PhD Universitas Manchester ini sebetulnya sudah mulai sidangkan di tahun 2017. Namun, media dilarang mempublikasikan sidang ini. Menarik untuk kita pahami bahwa di negara yang sangat menjunjung tinggi kemerdekaan bersuara ini, media patuh pada perintah pengadilan tersebut. Publikasi media baru dilakukan dalam bulan Januari 2020 setelah mendapat lampu hijau dari pengadilan. 

Amerika Serikat sangat terkenal dengan semangat Freedom of Speech. Karikatur, gambar, audio dan vidio dengan intonasi dan/atau secara langsung menghina dan/atau mengolok-olok pejabat publik lewat begitu saja dan tidak terdengar berujung ke pengadilan atau penangkapan. Lihat kartun sex Presiden Trump ini.

Kartun Presiden Donald Trump | Sumber: The Guardian
Kartun Presiden Donald Trump | Sumber: The Guardian
Apa mungkin atau ada yang berani posting kartun serupa ini untuk Presiden Jokowi?

Walaupun demikian, tetap saja rambu-rambu jurnalisme kredibel tetap ada di negara asal ayam cepat saja KFC ini. Dokumen-dokumen rahasia negara terkunci rapat sampai 40 tahun baru diizinkan untuk dipublikasi. Tulisan, audio, video, dan lain sebagainya yang melewati ranah privasi dapat berujung ke pengadilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun