Mohon tunggu...
Almira Ramada
Almira Ramada Mohon Tunggu... Mahasiswa - Student at Padjadjaran University

I explore, learn, and share.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Risiko Diabetes, Urgensi Dibutuhkannya Regulasi Gizi Makanan di Kantin Unpad

4 Januari 2023   20:42 Diperbarui: 4 Januari 2023   20:57 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menu makanan di salah satu kantin Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Unpad. (Foto: Almira Ramada)

Dalam edisi terbaru laporannya, International Diabetes Federation (IDF) memprediksikan bahwa dalam 23 tahun ke depan, jumlah penderita diabetes di Indonesia akan mengalami kenaikan sebesar 46,6 persen. Dari 19,5 juta pengidap pada 2021 lalu, jumlah tersebut diperkirakan akan mencapai 28,6 juta pada 2045. Hal ini pun menjadi urgensi perbaikan pola makan generasi muda Indonesia.


Menurut Lee & Yoon (2014, dalam Ar-Rahmi et al., 2020), mahasiswa umumnya sedang mengalami masa peralihan menuju kedewasaan dari segi fisik, psikis, dan sosial. Sebagian besar dari mereka sudah mulai keluar dari rumah dan mengurus dirinya sendiri. Pada masa adaptasi itu, mereka umumnya memiliki banyak aktivitas sehingga kerap kewalahan dalam mengatur pola makan.


Ballingall & Avgoulus (2008, dalam Ar-Rahmi et al., 2020) berpendapat bahwa fenomena ini terjadi karena "mahasiswa belum terbiasa menyiapkan makanan untuk diri sendiri dan menentukan pilihan makanan yang akan dikonsumsi". Oleh sebab itu, penyediaan makanan yang menunjang pola makan sehat di kampus menjadi penting.


Di Kampus Jatinangor Universitas Padjadjaran (Unpad), tersebar puluhan kantin dalam area berbagai fakultas. Akan tetapi, jenis menu yang disajikan oleh kantin-kantin tersebut cenderung mirip antara satu dengan yang lainnya. Adapun menu-menu yang sangat umum disajikan pada setiap kantin fakultas, di antaranya adalah nasi goreng, mie goreng, dan ayam geprek.


Secara garis besar, kantin-kantin di Unpad lebih banyak menyajikan makanan berkarbohidrat tinggi, seperti nasi goreng dengan topping berupa sosis dan nugget, serta hidangan lainnya yang berbahan dasar tepung dan diolah dengan cara digoreng. Alhasil, selain tinggi karbohidrat, hidangan di kantin-kantin itu juga tinggi akan lemak trans.


Saat ditanya pendapatnya terkait menu yang bergizi kurang seimbang pada kantin-kantin di area Unpad, Lulu, mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unpad mengatakan, "kayaknya, sih... bukan (sekadar) kebanyakan (makanan berkarbohidrat tinggi), tapi emang modelan makanan yang ada di kantin, tuh, kayak gitu semua."


Pernyataan Lulu bukannya tanpa dasar. Beberapa kantin, seperti Kantin Pojok Kita di Fakultas Pertanian (Faperta) Unpad, memang hanya menyajikan nasi, telur, dan mie instan. Dengan begitu, mahasiswa yang menghabiskan banyak waktunya beraktivitas di Fakultas Pertanian hanya memiliki pilihan yang terbatas, mengingat kantin tersebut adalah satu-satunya kantin di fakultas tersebut.


Di Shokudou atau Kantin Pusat Studi Bahasa Jepang, Fakultas Ilmu Budaya (FIB), menu yang disajikan lebih bervariasi. Untuk makanannya, terdapat berbagai lauk dan sayuran yang dihidangkan secara prasmanan sehingga para mahasiswa dapat memilih sendiri lauk yang sekiranya mereka butuhkan. Tak hanya itu, tersedia pula berbagai jus buah yang dapat dipesan di kantin tersebut.


Meski menyediakan berbagai jus buah untuk dipesan, jus buah yang disajikan di Shokudou umumnya mengandung gula dalam kadar yang cukup tinggi. Sebagai contoh, dalam jus alpukatnya terkandung gula dari air gula, susu kental manis original (tanpa perisa), dan susu kental manis rasa coklat yang ditambahkan ke dalamnya.


Hal ini menjadi sebuah masalah mengingat konsumsi karbohidrat, gula, dan lemak yang tinggi dapat memicu obesitas. Lebih jauh lagi, obesitas pun dapat menjadi salah satu faktor pendukung berkembangnya diabetes. Kantin-kantin di Unpad seharusnya dapat berkontribusi dalam mencegah peningkatan prevalensi penyakit ini dengan memperhatikan kandungan gizi dalam makanan yang disajikannya.


Meski dapat berperan dalam mencegah meningkatnya prevalensi diabetes, beberapa penjual justru secara sadar menyediakan makanan yang mengandung gizi tidak seimbang. Salah satunya adalah pemilik Kantin Pojok Kita, Fakultas Pertanian Unpad. Secara terang-terangan, ia mengungkapkan bahwa pilihan menu yang ditawarkannya memang berdasarkan preferensi pribadi dan bukannya karena terdapat kendala tertentu dalam menyediakannya.


Di lain sisi, beberapa penjual tetap melakukan kontribusinya dengan turut menyediakan hidangan berbahan dasar sayur di samping hidangan kaya lemak dan karbohidrat. Meski hidangan tersebut tidak seawet daging, telur, dan makanan olahan tepung, mereka tetap menyajikannya demi menunjang variasi hidangan di kantin Unpad.


Sehubungan dengan itu, agar tidak mengalami kerugian dalam menyediakan hidangan tersebut, para penjual membatasi jumlah hidangan yang disajikan setiap harinya. Salah satu penjual yang menerapkan metode ini adalah Sarinah yang berjualan makanan pada kantin Fakultas Psikologi Unpad.


"Iya, setiap hari (ada hidangan berbahan dasar sayur). Cuman sedikit-sedikit gitu, supaya habis dari jam 9 (pagi) sampai jam 3 atau jam 4. Jangan sampai dibesokin," ungkap Sarinah.


Berdasarkan pernyataan Sarinah dan penjual makanan lainnya di kantin Unpad, yaitu Selamat, mahasiswa menunjukkan minat yang cukup tinggi terhadap hidangan berbahan dasar sayur. Sarinah mengaku, hidangan sayur yang disajikannya selalu habis setiap hari. Bahkan, Selamat sering mendapat permintaan dari para mahasiswa untuk memperbanyak hidangan sayur pada kantinnya.


Hal ini membuktikan bahwa sesungguhnya, terdapat banyak mahasiswa yang sadar akan pentingnya mengonsumsi makanan bergizi seimbang. Namun, kurang bervariasinya menu yang disediakan kantin-kantin di Unpad menyulitkan mereka untuk memenuhi kebutuhan tersebut.


Oleh sebab itu, para penjual makanan di kantin-kantin Unpad perlu menyediakan menu yang lebih variatif demi mendukung pemenuhan gizi yang seimbang. Langkah awal ini cukup krusial untuk memastikan kandungan gula, lemak, dan karbohidrat yang dikonsumsi mahasiswa tidak berlebih sehingga tidak memicu kondisi obesitas, dan lebih jauh lagi, diabetes.


Sejauh ini, Unpad belum memiliki regulasi yang secara khusus mengatur hal tersebut, baik pada tingkat rektorat, maupun fakultas tempat kantin-kantin itu berada. Padahal, pengadaan regulasi merupakan salah satu langkah penting untuk memastikan para penjual makanan konsisten dalam memastikan keseimbangan kandungan gizi dalam makanan yang mereka sajikan.


Mempertimbangkan prevalensi diabetes di Indonesia yang sudah tinggi, dan diprediksi akan makin tinggi lagi dalam sekitar dua dekade ke depan, pihak universitas perlu mulai menanggapi isu ini dengan serius. Dengan wewenang yang dimilikinya, pihak kampus perlu membantu menjaga kesehatan mahasiswanya sejak dini, dengan memastikan keseimbangan gizi makanan di kantin-kantin kampus melalui pembuatan regulasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun