Mohon tunggu...
Malika D. Ana
Malika D. Ana Mohon Tunggu... profesional -

Penggiat Kelompok Diskusi ISACS: Institute Study Agama dan Civil Society & Indoprog (Indonesia Progress)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menyangga Kepercayaan Diri dengan Operasi Plastik

9 Juni 2011   03:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:42 1036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Protected by Copyscape Original Content Check

Menyimak maraknya berbagai pemberitaan tentang artis-artis kita yang gemar menjalani operasi plastik; diantaranya Krisdayanti , Titi DJ, dan yang akhir-akhir ini jadi berita gosip di sejumlah media infotainment adalah Dewi Perssik yang konon melakukan operasi plastik untuk mengembalikan selaput daranya dan operasi untuk mempermak dagu, hidung dan pipi atau Syahrini yang konon memperbesar bokongnya dan melakukan sedot lemak pada beberapa bagian tubuhnya. Tapi gosip itupun dibantah oleh keduanya.

Berbeda dengan Dewi Perssik dan Syahrini, Krisdayanti dan Titi DJ terang-terangan mengakui telah melakukan sejumlah operasi plastik serta sedot lemak disana-sini. Hal tersebut secara blak-blakan diakui oleh Krisdayanti dalam bukunya My Life My Secret yang ditulis oleh Alberthiene Endah:

"Lima tahun silam saya melakukan operasi plastik di Bangkok, ditemani Anang."

"Yang menangani Dr. Pitchet. Caranya dengan menambahkan cairan implansebanyak 320 ml. Prosesnya hanya berjalan dua jam. Dan hasilnya, saya mempunyai payudara yang indah dan menyembul."

Lalu dalam pengakuannya yang lain:

"Ketika saya membuka baju dan bugil di depan cermin saya bersyukur. Iapi, hamil dua kali masing-masing naik 30 kilogram. Memang kemudian bisa menguruskan badan tapi ada struktur-struktur lemak yang tersisa."

[caption id="attachment_113176" align="aligncenter" width="400" caption="Sebelum dan sesudah operasi plastik"][/caption]

Operasi yang dijalaninya tidak hanya sekali, tapi berkali-kali melakukan pembenahan pada payudaranya di Singapura. Serta melakukan suntik botox pada wajahnya. Untuk sekali pembenahan pada payudaranya Krisdayanti konon merogoh kocek yang lumayan mahal untuk membeli penampilan yang terkesan dipaksakan untuk sempurna. Yah, itu sih sepenuhnya haknya dia yang mau buang-buang uang....hehehe.

Perempuan masa kini sepertinya sudah bosan tampil sederhana, apa adanya dan alamiah saja. Mereka ingin mencitrakan diri sebagai sosok yang cantik, menarik dan bercahaya.

Konotasi atau terjemahan tampil cantik, menarik dan bercahaya itu bagi perempuan adalah tampil dengan segenap kesadarannya, dengan segenap daya tarik lekak-lekuk tubuhnya yang seksi dan menawan. Hal ini bisa dibuktikan dengan maraknya artis yang tampil seronok mempertontonkan belahan dadanya, keindahan bahunya, dada, pinggang, pinggul dan betis serta pahanya dengan tampilan yang transparan menerawang atau dengan busana yang 'tampaknya' kurang bahan. Bukankah dengan begitu, betis dan pahanya serta kekenyalan payudaranya jadi bersinar-sinar menawan ratusan atau ribuan mata pemirsa di kursi-kursi duduknya. Bukankah dengan begitu membuat laki-laki berdesir seraya mengakui kelebihan perempuan dalam sensualitas keindahannya?!

Hal ini pada akhirnya membawa industri kosmetika dan fashion menjadikan mereka sebagai sasaran tembak produknya. Dan tanpa disadari oleh perempuan, cara pandang yang mengedepankan kekuatan femininitas ini menggiring mereka pada pemitosan cantik bercahaya, langsing dan seksi yang sengaja diciptakan untuk mendukung struktur kapitalisme. Karena kekuatan femininitas bertumpu pada daya tarik kekenyalan, keindahan dan kelembutan garis-garis tubuh perempuan.

Dan perempuan diyakinkan dengan banyaknya iklan produk fashion dan kosmetik bahwa mereka akan cantik mempesona bila memerahkan bibirnya dengan lipstick A, atau akan tampak bercahaya dan molek bila memutihkan wajah dan tubuhnya dengan krim pemutih B. Dan rambut sebagai mahkota akan tampak lembut berkilau jika direbonding dan diwarnai dengan produk kosmetik rambut C. Bahkan banyak dari perempuan yang kepercayaan dirinya perlu disangga oleh implantasi silikon di bagian-bagian organ femininnya, bedah plastik dan suntik botox yang menelan biaya yang tidak murah. Karena penafsiran cantik pada umumnya adalah body atau bentuk pinggul yang bak gitar Spanyol, pipi bak pauh dilayang, mata bak bintang kejora, rambut bak mayang terurai, bibir merah bak delima merekah atau alis yang bak semut berbaris yang dalam istilah Jawa;' irunge mblongkang semende', 'mripate mbawang sabungkul', 'lambene nyigar jambe', 'untune miji timun', lan 'rambute ngandhan-andhan'....dan masih banyak ungkapan untuk melukiskan makna cantik dan feminin. Dan setiap mata memandang, pasti akan terpesona dengan gemerlap fisik perempuan. Padahal secara alami, gemerlap fisik seorang perempuan adalah layaknya gemerlap riak-riak air di danau yang memantulkan cahaya bulan saat purnama.

Dalam pandangan ini, yang menentukan keindahan air itu adalah sinar bulan dan bukan air itu sendiri; apalah artinya riak air tanpa cahaya bulan? Dan pada hakikatnya, bukankah sinar bulan berasal dari pantulan sinar matahari?

Jika seseorang terpesona memandang riak air di danau seraya berteriak kagum:

"Lihat air itu, alangkah indahnya!" maka hal yang wajar dilakukan. Tetapi jika seseorang memandang riak air di danau seraya berteriak: "Lihat sinar matahari itu!" pasti dia akan dianggap gila dan tidak normal. Padahal sebenarnya mataharilah yang paling layak dan berhak untuk dikagumi karena dia sumber kekuatan yang bisa memancarkan keindahan riak air di danau.

Jadi, gemerlapnya fisik perempuan adalah kegemerlapan terlemah, karena ia sepenuhnya bergantung pada cahaya jiwa perempuan itu sendiri. Sedangkan cahaya jiwa perempuan itu bergantung sepenuhnya pada kesanggupannya memantulkan cahaya keilahian. Maka, bagaimana mungkin perempuan-perempuan itu rela menghamburkan uangnya HANYA UNTUK MENGAGUMI KELEMAHANNYA SENDIRI??

Semoga kita selalu bersyukur! ***** Kemayoran20110906

Salam Cantik,

Malika D. Ana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun