Mohon tunggu...
Alma Geraldina
Alma Geraldina Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Menulis hal-hal yang menjadi kegelisahanku

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Autisme dan Kecerdasan: Apakah Keduanya Berhubungan?

4 September 2022   14:19 Diperbarui: 4 September 2022   14:23 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Autism awareness (sumber: dfwchild.com)

Beberapa waktu lalu, saya duduk di ruang tunggu sebuah klinik. Tidak berselang lama, di seberang saya duduk seorang ibu-ibu berbaju hitam bersama anak lelaki sekitar usia taman kanak-kanak, dan seorang ibu-ibu berambut pendek bersama anak perempuan yang sepantar dengan si anak laki-laki. Beberapa saat kemudian anak-anak tersebut mulai berlarian bersama dan berteriak dengan gembiranya, khas anak-anak. Mungkin karena hal itu kedua ibunya mulai membuka percakapan satu sama lain.

"Anaknya aktif sekali ya, bu.", ibu berambut pendek memulai percakapan.

"Iya, bu. Soalnya anak saya autis.", sahut si ibu berbaju hitam.

Sebenarnya agak kurang sopan, namun saya cukup tertarik mendengar obrolan kedua ibu-ibu tersebut lantas melirik anak yang dimaksud. Kening saya berkerut, tetapi anak yang dimaksud jelas tidak autis.

"Autis, bu? Berarti pinter dong bu?" si ibu berambut pendek menyambung obrolan.

"Iya autis, makanya anak saya itu pinter. Di sekolah dia pinter loh bu. Gurunya aja sampe kewalahan terus bilang ke saya anak saya itu di sekolah pinter banget sampe gurunya bingung mau ngajar apa lagi karena anak saya udah tau semuanya hahaha..." lanjut ibu berbaju hitam.

Ingatan saya kemudian melanglang pada masa-masa sekitar 2-3 tahun yang lalu. Kala itu saya sedang duduk di ruang tunggu bandara hendak menunggu pesawat untuk pulang. Ditengah obrolan orang-orang yang mendengung di ruang tunggu, ada obrolan yang menembus pendengaran saya. Asalnya dari dua keluarga kecil (ayah, ibu, dan anak) yang duduk tidak jauh dari saya sedang berbincang dengan keluarga kecil lain di sebelahnya.

"Anaknya pintar sekali bu, anak saya aja belum bisa kaya begitu bu hahaha..." ujar salah satu ibu yang ada disana.

"Iya bu, karna anak saya itu autis bu hahahah..." sahut ibu yang lain.

"Oh anak ibu autis? Pantesan pinter bu hahaha... " balas si ibu yang pertama.

Saya agak tertegun dengan obrolan itu. Saat saya lirik anak yang dimaksud, lagi-lagi anak itu tidak terlihat autis. Mengapa ibu itu bilang anaknya autis? Sejujurnya saya tidak mengira kalau saya akan mendengar obrolan serupa dalam rentang waktu yang cukup lama. Saya jadi kepikiran dengan obrolan ibu-ibu itu. Apa ibu-ibu ini berpikir kalau anak yang aktif atau pintar adalah anak autis?

Secara teori, autisme adalah gangguan perkembangan dengan tiga ciri utama yaitu hambatan pada interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku yang terbatas atau berulang. Dalam kesehariannya, anak dengan autisme cukup sulit untuk terlibat dalam sebuah interaksi, seperti sulit untuk menarik perhatiannya dengan memanggil, juga untuk mengajaknya terlibat dalam sebuah obrolan. 

Hal ini dikarenakan anak autis akan lebih cenderung fokus pada satu hal yang menarik perhatiannya dan mengabaikan yang lain. Anak akan cenderung melakukan hal yang sama berulang kali dan tidak tertarik dengan interaksi yang mungkin ada disekitarnya. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa asumsi jika anak aktif atau pintar tidaklah tepat. Begitu pula sebaliknya, anak autis adalah anak yang aktif dan pintar juga keliru.

Anak-anak memang biasanya aktif karena sedang dalam masa eksplorasi, dan keaktifan tiap anak akan berbeda sesuai dengan pribadi anak dan pengaruh lingkungan sekitar. Anak autis tidak berbeda. Ada anak yang aktif dan ada yang tidak. Sehingga autis tidak identik dengan perilaku yang aktif. 

Anak autis dan anak pintar juga sebuah korelasi yang keliru. Anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan akan belajar banyak hal dalam kesehariannya. Banyak dari anak-anak autis yang saya temui akan kesulitan untuk mempelajari hal baru karena mereka kesulitan untuk memusatkan perhatian pada hal yang akan di pelajari. 

Namun sekali lagi, anak autis tidak berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Ketika anak menemukan hal-hal yang membuatnya tertarik dan situasi mendukung anak untuk belajar lebih jauh seperti orangtua yang memfasilitasi anak untuk belajar, maka anak akan menjadi sangat baik dalam hal tersebut. Misalkan pintar dalam berbahasa inggris, pintar menyanyi, dan sebagainya. 

Dalam kasus khusus, anak-anak autis yang biasanya hanya berfokus pada satu hal saja, hal ini akan membuka kemungkinan jika ada satu hal yang anak-anak tersebut akan sangat-sangat kuasai. Mungkin ini yang disebut orang-orang sebagai pintar, namun pintar tidak berarti autis.

Singkat kata, anak aktif tidak berarti autis dan anak pintar juga tidak berarti autis. Memuji anak pintar boleh saja namun autisme, aktif, dan pintar adalah tiga hal yang berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun