Bandung Barat – Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, dikenal sebagai sentra hortikultura dataran tinggi. Paprika, buncis Kenya, hingga bunga potong menjadi komoditas andalan, bahkan sebagian hasil panennya sudah menembus pasar ekspor ke Singapura. Namun di balik produktivitas tinggi tersebut, petani masih menghadapi kendala biaya listrik yang besar untuk mengoperasikan cold storage.
Cold storage berkapasitas 2 ton yang berfungsi menjaga kesegaran hasil panen harus menyala selama 24 jam. Akibatnya, biaya listrik bulanan dapat mencapai Rp2,5–3,5 juta. Kondisi ini tentu mengurangi keuntungan petani, terutama ketika harga jual produk tidak stabil.
Menjawab tantangan ini, tim peneliti dari Politeknik Negeri Bandung (Polban) melakukan penerapan sistem PLTS on-grid melalui kegiatan dengan topik Penerapan Integrasi PLTS untuk Efisiensi Energi pada Cold Storage dalam Mendukung Ketahanan Pangan di Koperasi Konsumen Sobat Petani Lestari yang didanai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Dikti Ristekdikti) melalui kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dengan skema Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) pada cold storage milik Mizan Farm, salah satu anggota Koperasi Konsumen Sobat Petani Lestari. Sistem PLTS yang diuji menggunakan lima panel bifacial 585 Wp dan inverter limiter untuk mencegah ekspor energi ke jaringan PLN. Kegiatan ini melibatkan dosen-dosen juga mahasiswa Jurusan Teknik Konversi Energi, Politeknik Negeri Bandung dalam pelaksanaannya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI