Mohon tunggu...
Agus Sujarwo
Agus Sujarwo Mohon Tunggu... Guru - Founder Imani Foundation

Founder Imani Foundation

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tuntas Dulu Baru (Kurikulum) Merdeka

21 Juni 2022   13:15 Diperbarui: 21 Juni 2022   13:26 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tetapi, tidak lama kemudian mereka kembali lagi keluar kelas. Saya bertanya, "Bapak dan ibu gurunya tidak ada?". Mereka bilang, "Tidak ada." Tetapi kalian tahu kalau setiap hari bapak dan ibu gurunya tidak ada?" saya menukas. "Tahu," Balas mereka. 

Seberapa urgen peran kearifan lokal, seperti halnya yang selama ini Anda lakukan? 

Saya lantas seperti membayangkan generasi yang kehilangan kegiatan. Dan saat generasi ini kehilangan kegiatan maka mereka akan kehilangan bahasa. Saya membandingkan dengan beberapa daerah. Saya sangat mengkhawatirkan ketika mereka sudah menjadi orang asing di negeri sendiri. Saya lantas terpanggil dan merasa bahwa ini adalah bagian yang bisa saya kerjakan.  

Saya kemudian tahu mengapa Belanda begitu mencengkeram wilayah nusantara. Bukan karena VOC-nya, melainkan juga

lebih karena budaya mencatat mereka, etnografis. Usai dalam perjalanan tiga hari tiga malam yang memaksa saya harus mengistirahatkan dua kaki karena bengkak, saya melihat warisan Belanda terlihat nyata. Di Kepulauan Riau, sebuah mercusuar

berdiri gagah di daerah yang bahkan saya harus susah payah untuk menuju ke sana. Di ujung dan di semua tempat terpelosok, budaya menulis ini membuat mereka menjadi sebuah kekhasan yang selama ini tak terlihat oleh mata.

Itu pula yang kemudian mempertemukan saya dengan Bapak Yus Rusyana. Seorang ahli tiga bahasa: Indonesia, Inggris, dan Belanda. Beliau selalu mengingatkan silakan menggunakan bahasa serapan namun utamakan bahasa Indonesia. 

Bahkan walaupun beliau sangat fasih dengan ketiga bahasa tersebut, termasuk bahasa Sunda, saat berbicara bahasa Indonesia, beliau benar-benar tak satu pun kalimatnya yang tercampur atau terinferensi oleh bahasa lain. 

Lebih detail tentang keteladanan?

Saya menilai bahwa di dunia pendidikan akhirnya bukan hanya keteladanan yang dibutuhkan. Namun yang perlu dipertegas kembali adalah keteladanan dalam berpikir dan bernalar. 

Kita perlu terus belajar cara mendampingi anak agar mendapat cara berpikir mereka yang tepat. Bagi saya, menyiapkan mereka untuk menghadapi hal-hal yang tidak terduga adalah sebuah keutamaan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun