Mohon tunggu...
Allesandro Hurint
Allesandro Hurint Mohon Tunggu... Pustakawan - Putra Larantuka

Aku tak lelah untuk terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bertemu "Lusiver yang Malang"

29 Februari 2024   21:27 Diperbarui: 16 April 2024   21:41 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Laju KM Sirimau perlahan-lahan meninggalkan kota Sorong, Papua Barat Daya menuju ke kota Ambon, Maluku tepatnya 19 Oktober 2023. Ratusan penumpang yang ikut berlayar bersama KM Sirimau, didominasi WNI bagian timur dengan tujuan masing-masing kota yang disinggahi. Setelah melewati Ambon-Wanci-Bau Bau, KM Sirimau bertolak menuju daratan Flores yakni kota Maumere, Sikka. Tiupan angin malam yang agak kencang serta cahaya bulan-bintang yang redup di cakrawala menjadi pemandangan di hamparan samudera yang luas. Aku duduk di bangku dek 5 bagian luar untuk menikmati sebatang rokok dan segelas teh hangat yang kudapatkan dari jajanan ringan di atas KM.Sirimau.

Tiba-tiba seorang lelaki muda dengan rambut acak-acak datang menhampiriku. Sambil memandang, ia pun bertanya : Om, saya bisa duduk di samping Om? Aku pun mengangguk dan berkata, Silakan duduk. Laki-laki paruh baya kembali bertanya kepadaku, "Om, sudah antri makan malam k? dan saya pun mengatakan : Sudah! sejak kapal masih sandar di pelabuhan Bau Bau." Memangnya kamu tadi tidak antri makan, berarti kamu belum makan? Ia pun menjawab "Belum Om.

Lalu-lalang penumpang lain yang melewati tempat kami duduk, tak membuat kami berhenti bercerita. Saya pun lanjut bertanya : kamu tujuan ke mana? Sahutnya: saya turun di Maumere Om. Ia pun menuturkan kalau ia naik di pelabuhan Ambon tanpa menggunakan tiket. Saya pun tidak percaya begitu saja karena penjagaan di pelabuhan Ambon cukup ketat. Dan saya kembali bertanya, "bagaimana kamu bisa lolos ke kapal tanpa tiket? Jawabnya: Saat suasana agak longgar lalu saya naik ke kapal. Saya pun bertanya kembali, " Saat pemeriksaan tiket kamu kemana? Dengan rasa takut yang tersembunyi di balik raut wajahnya yang lesu ia berkata : " Saya sembunyi Om, kadang di dek atas, kadang di dek bawah. Saat asyik bercerita, para awak kapal yang menjajakan makanan dan minuman lewat di depan kami. Saya pun memesan 1 porsi nasi ayam untuk anak muda ini. Ia pun makan dengan lahap karena ia sangat lapar. Lalu saya bertanya lagi : " Sudah beberapa hari kita di atas kapal, kamu makan atau tidak. Dengan jujur ia mengatakan bahwa : Ia meminta makan ke penumpang lain, kadang ia "mengemis" meminta dibelikan kopi untuk menahan rasa laparnya. Hatiku pun bersedih mendengar keluh-kesah anak muda ini. Ia menceritakan juga pengalamannya saat di kota Ambon, Ia tidak punya pekerjaan yang bagus, karena tidak memiliki KTP. Selain itu ia tak memiliki ijazah karena drop out kelas IV SD. Saat 2019 silam, ia nekat ke Ambon untuk mencari pekerjaan namun apa yang ia impikan tak terwujud sesuai keinginannya. Ia juga bercerita ketika di Ambon, ia tidur di pasar Mahardika, Ambon, sehingga boleh dikatakan seorang tuna wisma.

Hari-harinya ia menawarkan jasa angkat barang dari setiap pembeli yang berbelanja di pasar tersebut dengan penghasilan per hari Rp 15.000 - 20.000. Sungguh malang nasib anak muda ini. Setelah mendengar curhatan hatinya, saya pun berkata : Sejak tadi kita bercerita, saya belum tahu namamu. Kemudian kami berjabat tangan dan saling menyebut nama masing-masing. Betapa kagetnya saya saat mengetahui namanya "Lusiver". Saya pun berulang-ulang bertanya : Apakah kamu memakai nama samaran? Sahutnya : " Tidak Om, Memang Lusiver adalah nama saya sejak kecil. Lalu dengan nada tinggi dan guyonan saya pun mengatakan kalau nama Lusiver itu, nama yang tidak bagus. Ia memandangku dan bertanya : Iya ka Om, karena banyak teman-teman saya juga mengatakan bahwa nama saya seorang setan. Saya pun merespon : Bukan hanya setan/ Iblis, tetapi Lusiver itu "Kepala Iblis". Memangnya nama lengkap kamu siapa. Jawabnya : "Yohanes Lusiver". Saya pun berpesan, mulai sekarang mendingan kamu ganti nama panggilan, bisa pakai John, Yohan,atau Anis. Jangan pakai nama itu lagi. Lalu ia pun membalas : Iya Om, saya juga sudah rencana untuk ganti nama panggilan saya.Saya pun bergumam, Bagaimana mungkin kamu mendapat rejeki yang baik di perantauan, kalau kamu menggunakan nama Lusiver.

Sebelum berpamitan, ia berulang-ulang mengucapkan terima kasih. Dan saya pun berpesan : Jika suatu saat nanti kamu menceritakan pertemuan ini ke keluarga, atau siapa saja, "jangan pernah mengatakan bahwa saya orang baik yang pernah menolong kamu, tapi katakan bahwa "Tuhan Baik" karena telah mempertemukan kita.

Memory KM Sirimau

Baca juga: Rekoleksi Keluarga

Andro Hurint

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun