Mohon tunggu...
Allan Maullana
Allan Maullana Mohon Tunggu... Teknisi -

Bukan siapa-siapa. Bukan apa-apa. Hanya remah-remah peradaban.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

KRL-an ke Museum Multatuli di Rangkasbitung

11 Maret 2018   21:22 Diperbarui: 12 Maret 2018   08:39 2844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Suasana Stasiun Tanah Abang di pagi hari, Dokumentasi Pribadi)

Untuk naik KRL tujuan Rangkasbitung yang ada di jalur 6 kami harus menyebrang jalur 3, 4 dan 5 dengan menaikkan anak tangga di stasiun Tanah Abang. Mengingat masih ada waktu 20 menit kami menyempatkan diri untuk menunaikan ibadah salat subuh di Stasiun Tanah Abang.

Kemudian kami melanjutkan perjalanan dari Stasiun Tanah Abang menuju Stasiun Rangkas Bitung. KA 1914 berangkat pukul 05.51, kelewat satu menit yah. Tapi itu tidak menjadi masalah bagi kami berdua.

Dalam perjalanan, ketika lewat dari Stasiun Serpong kami melihat pemandangan yang berbeda, rumah-rumah perkampungan warga, area persawahan dan perkebunan, perumahan-perumahan yang sedang dalam tahap pembangunan sampai tambang batu kapur tersuguhi dalam perjalanan ini.

Beruntungnya jalur KRL Tanah Abang-Rangkasbitung yang dalam peta rute perjalanan berwarna hijau itu berjalanan dengan lancar. Tidak ada kereta api jarak jauh yang mengharuskan KRL menepi di beberapa stasiun layaknya pada jalur KRL Jakarta Kota Bekasi/Cikarang.

Kami tiba di Stasiun Rangkas Bitung pukul 07.48 WIB. Beruntungnya KRL yang kami tumpangi pun tiba lebih awal dari jadwal kedatangannya. Kalau lihat di jadwal yang ada di KRL access, KA 1914 baru akan tiba di Rangkas Bitung pukul 07.51 WIB.

(Suasana Stasiun Rangkas Bitung: Dok. Pri)
(Suasana Stasiun Rangkas Bitung: Dok. Pri)
***

Perjalanan kami berlanjut. Dari Stasiun Rangkasbitung untuk menuju Museum Multatuli yang ada di dekat Alun-alun Rangkasbitung. Sebenarnya sih ada beberapa moda transportasi pilihan, mulai dari angkot, ojek hingga becak. Menurut Mbah Google Jaraknya hanya 1 KM.

Kami melanjutkan perjalanan dari Rangkasbitung dengan berjalan kaki, waktu yang kami tempuh kurang lebih 20 ment saja. Sebenarnya juga tidak terasa jauh karena pagi hari suasana di Rangkasbitung masih teduh, matahari masih agak condong di bagian timur.

Yang membuat tambah menarik lagi, di hari Minggu pagi Alun-alun Rangkasbitung ada car free day loh... Jadi buat yang mau cari jajanan atau mau sarapan disana nggak perlu khawatir. Ada banyak pilihan makanan, mulai dari bubur, lontong sayur, soto tangkar, roti bakar, martabak telor mini, siomay, batagor, takoyaki dan lain-lainnya tersedia di sana.

Museum Multatuli gerbangnya dibuka pukul 06.00 pagi, tetapi gedungnya baru dibuka pukul 09.00 WIB. Museum ini baru diresmikan pada 11 Februari 2018. Bangunan ini merupakan bekas kantor dan kediaman Wedana Lebak yang dibangun pada tahun1920-an.

Museum ini berisikan diorama kehidupan rakyat Lebak sebelum kemerdekaan. Menceritakan bagaimana penjajahan masuk ke Nusantara dan bagaimana terjadinya perlawanan-perlawanan rakyat Lebak terhadap kolonial. Yang menjadi pusat pamerannya adalah buku Max Havelar berbahasa Prancis yang ditulis oleh Multatuli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun