Mohon tunggu...
Al Johan
Al Johan Mohon Tunggu... Penyuka jalan-jalan

Terus belajar mencatat apa yang bisa dilihat, didengar, dipikirkan dan dirasakan. Phone/WA/Telegram : 081281830467 Email : aljohan@mail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature

Ketika Jakarta “Diemohi” Warganya

19 September 2012   02:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:15 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lebaran telah lebih dari sebulan berlalu. Berita yang banyak ditulis di media massa pada menjelang dan  saat menjelang lebaran adalah hebohnya arus mudik yang melibatkan jutaan orang lengkap dengan segala pernak-perniknya.

Mulai dari jumlah orang yang meninggal saat mudik, yang tahun ini konon mencapai rekornya karena memakan lebih dari 800 orang korban jiwa. Tentang bagaimana susahnya mencari tiket kereta, bis atau pesawat, meskipun harganya naik selangit tetapi tetap susah dicari. Juga tentang para pemudik motor yang sangat “heroik”, mereka biasanya pergi dengan cara berkonvoi dan akan terus menerobos  jalanan yang sudah penuh dengan berbagai moda kendaraan tanpa kenal rasa takut.

Yang masih sepi pada lebaran tahun ini adalah tidak begitu banyaknya partai politik yang menyelenggarakan acara mudik gratis. Mungkin karena pemilu masih dianggap lama, maka mereka masih menahan diri untuk berkampanye dengan cara ini. Tahun depan kayaknya mereka akan jorjoran menyelenggarakan mudik gratis. Kan pemilu 2014 sudah dekat.

Di luar hiruk pikuk tersebut, ada sisi lain yang sebenarnya cukup menarik tetapi tidak banyak mendapat liputan media massa, yaitu tentang kota Jakarta yang setiap menjelang dan saat Idul Fitri menjadi kota yang “diemohi” warganya.

Setiap Idul Fitri tiba,  Jakarta akan selalu ditinggal exodus jutaan warganya. Mereka mudik untuk merayakan serunya berlebaran di kampung asal mereka. Setelah sepanjang tahun bergulat dengan kerasnya kehidupan Jakarta, lebaran adalah saatnya mereka berehat sejenak untuk kembali merecharge semangat hidup mereka.

Jakarta yang biasanya  ramai dan penuh hiruk pikuk ini tiba-tiba seperti menjadi kota mati. Jalan-jalan kota yang biasanya padat tiba-tiba menjadi sepi. Tidak ada kemacetan disana-sini seperti yang terjadi di hari-hari biasanya. Jakarta saat itu adalah Jakarta yang bersih dan bebas polusi

Bagi mereka yang tidak mudik dan tetap tinggal di Jakarta saat lebaran, waktu seperti ini adalah saat yang paling tepat untuk menikmati Kota Jakarta. Mau guling-guling di jalan, putar-putar kota sepuasnya tanpa hambatan atau bahkan main bola di sepanjang jalan di kawasan segitiga emas, semua bisa dilakukan.

Bagi mereka yang suka hunting foto, bisa juga memuaskan “nafsu” nya untuk berburu foto landscape kota tanpa penghuni, memotret jalanan yang lengang dan gedung-gedung pencakar langit yang tersebar di seluruh kawasan ibu kota.

[caption id="attachment_206531" align="aligncenter" width="320" caption="Jakarta menjadi kota mati"][/caption] [caption id="attachment_206532" align="aligncenter" width="320" caption="Jalur busway dan separasinya ikut merasakan kesepian tersebut"]

13480200772094021202
13480200772094021202
[/caption] [caption id="attachment_206534" align="aligncenter" width="320" caption="Gedung pencakar langit yang ditinggal penghuninya"]
13480201761108896042
13480201761108896042
[/caption] [caption id="attachment_206540" align="aligncenter" width="320" caption="Dan bocah pengemis pun merasakan kesepian Jakarta"]
13480206191625271296
13480206191625271296
[/caption] Pemandangan sebaliknya terjadi di kota-kota lain yang menjadi kota tujuan mudik. Jakarta memang menjadi kota mati, tetapi pada saat yang sama kemacetan berpindah ke kota-kota lain. Saya sendiri sempat mengalami macet total selama 24 jam di Cikampek. [caption id="attachment_206747" align="aligncenter" width="320" caption="Macet di Cikampek, lebih dari 24 jam"]
1348104122902568461
1348104122902568461
[/caption] Bahkan kemacetan itu sampai juga menular ke lereng gunung Sindoro, tempat saya merayakan Idul Fitri bersama keluarga di Temanggung. [caption id="attachment_206542" align="aligncenter" width="320" caption="Macet di lereng gunung Sindoro"]
13480208962009682063
13480208962009682063
[/caption] Sebenarnya menyebalkan juga menghadapi keadaan seperti itu. Maunya menikmati lebaran tanpa macet, eh ternyata sama saja, tidak ada bedanya antara Jakarta di hari-hari biasa dan kampung saya saat lebaran tiba. Tetapi tak apalah, peristiwa seperti ini kan hanya terjadi setahun sekali. Saya yakin sebagian besar kita tetap menikmatinya. Baik mereka yang tetap di Jakarta, maupun mereka yang mudik ke kampung. Tulisan ini untuk menyemarakkan Weekly Photo Challenge : Foto Kolaborasi. Foto-foto tentang Jakarta yang sepi adalah hasil karya Agus Wahyudi. Foto tentang Cikampek dan lereng Sindoro adalah foto Aljohan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun