Lebaran telah lebih dari sebulan berlalu. Berita yang banyak ditulis di media massa pada menjelang dan saat menjelang lebaran adalah hebohnya arus mudik yang melibatkan jutaan orang lengkap dengan segala pernak-perniknya.
Mulai dari jumlah orang yang meninggal saat mudik, yang tahun ini konon mencapai rekornya karena memakan lebih dari 800 orang korban jiwa. Tentang bagaimana susahnya mencari tiket kereta, bis atau pesawat, meskipun harganya naik selangit tetapi tetap susah dicari. Juga tentang para pemudik motor yang sangat “heroik”, mereka biasanya pergi dengan cara berkonvoi dan akan terus menerobos jalanan yang sudah penuh dengan berbagai moda kendaraan tanpa kenal rasa takut.
Yang masih sepi pada lebaran tahun ini adalah tidak begitu banyaknya partai politik yang menyelenggarakan acara mudik gratis. Mungkin karena pemilu masih dianggap lama, maka mereka masih menahan diri untuk berkampanye dengan cara ini. Tahun depan kayaknya mereka akan jorjoran menyelenggarakan mudik gratis. Kan pemilu 2014 sudah dekat.
Di luar hiruk pikuk tersebut, ada sisi lain yang sebenarnya cukup menarik tetapi tidak banyak mendapat liputan media massa, yaitu tentang kota Jakarta yang setiap menjelang dan saat Idul Fitri menjadi kota yang “diemohi” warganya.
Setiap Idul Fitri tiba, Jakarta akan selalu ditinggal exodus jutaan warganya. Mereka mudik untuk merayakan serunya berlebaran di kampung asal mereka. Setelah sepanjang tahun bergulat dengan kerasnya kehidupan Jakarta, lebaran adalah saatnya mereka berehat sejenak untuk kembali merecharge semangat hidup mereka.
Jakarta yang biasanya ramai dan penuh hiruk pikuk ini tiba-tiba seperti menjadi kota mati. Jalan-jalan kota yang biasanya padat tiba-tiba menjadi sepi. Tidak ada kemacetan disana-sini seperti yang terjadi di hari-hari biasanya. Jakarta saat itu adalah Jakarta yang bersih dan bebas polusi
Bagi mereka yang tidak mudik dan tetap tinggal di Jakarta saat lebaran, waktu seperti ini adalah saat yang paling tepat untuk menikmati Kota Jakarta. Mau guling-guling di jalan, putar-putar kota sepuasnya tanpa hambatan atau bahkan main bola di sepanjang jalan di kawasan segitiga emas, semua bisa dilakukan.
Bagi mereka yang suka hunting foto, bisa juga memuaskan “nafsu” nya untuk berburu foto landscape kota tanpa penghuni, memotret jalanan yang lengang dan gedung-gedung pencakar langit yang tersebar di seluruh kawasan ibu kota.
[caption id="attachment_206531" align="aligncenter" width="320" caption="Jakarta menjadi kota mati"][/caption] [caption id="attachment_206532" align="aligncenter" width="320" caption="Jalur busway dan separasinya ikut merasakan kesepian tersebut"]





Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI