Eksploitasi Anak: Luka Sosial yang Perlu Disembuhkan
Eksploitasi anak juga menjadi salah satu isu patologi sosial yang marak di kota Semarang. Satpol PP Kota Semarang rutin melakukan penertiban atau razia terhadap anak-anak yang dieksploitasi khususnya di daerah seperti lampu merah dan persimpangan. Dalam penertiban tersebut, anak anak yang diduga menjadi korban eksploitasi berhasil diamankan, kemudian diserahkan kepada Dinas Sosial dan pihak pihak terkait untuk proses lebih lanjut.Â
Perjudian Terselubung: Bahaya di Balik Permainan yang Menipu
Perjudian terselubung merupakan salah satu patologi sosial yang sulit ditindak oleh Satpol PP sendiri. Hal ini menjadi patologi, jika uang atau harta yang digunakan bukan merupakan milik pribadi. Misalnya, ia melakukan perjudian menggunakan uang hasil berhutang atau meminta orang tua. Setelah uang orang tuanya habis, ia akan meminjam ke teman atau menjual aset keluarga yang menjadi harta terakhir. Perjudian terselubung ini tentunya  berbeda dengan yang dilegalkan sendiri. Judi terselubung, biasanya menggunakan "judul" kegiatan lain untuk menutupi praktiknya. Salah satu ciri yang dapat membedakannya dengan kegiatan yang legal yaitu, ketika anda-sebagai peserta diminta untuk membayar sebagai syarat mengikuti kegiatan atau kompetisi dengan imbalan hadiah yang lebih besar dari biaya pendaftaran. Contoh dari perjudian terselubung ini yaitu berkedok game/kontes skill (turnamen dengan uang pendaftaran), berkedok bisnis/investasi (mirip trading dengan resiko tinggi), berkedok hiburan/belanja (undian atau lotere), berkedok kuis/turnamen, berkedok program loyalitas/undian. Jika anda menemukan ciri-ciri dan contoh seperti di atas, dapat melaporkan langsung ke pihak berwajib.
Dari hasil wawancara bersama Satpol PP Kota Semarang tersebut, mahasiswa Psikologi memperoleh pemahaman mendalam bahwa penanganan patologi sosial tidak bisa hanya mengandalkan penegakan hukum semata. Fenomena seperti tawuran, penyalahgunaan miras, balapan liar, eksploitasi anak, dan perjudian terselubung merupakan gambaran kompleks dari dinamika sosial yang memerlukan pendekatan lintas disiplin. Kolaborasi antara mahasiswa dan Satpol PP menjadi langkah penting dalam membangun kesadaran sosial masyarakat, memperkuat pendidikan karakter, dan menumbuhkan empati terhadap sesama. Melalui sinergi antara edukasi psikologis dan tindakan preventif di lapangan, diharapkan Kota Semarang dapat berkembang menjadi lingkungan yang lebih aman, tertib, dan berdaya sosial tinggi. Inisiatif ini juga menjadi bukti nyata bahwa mahasiswa bukan hanya pengamat, tetapi turut berkontribusi aktif dalam menciptakan perubahan sosial yang positif.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI