Mohon tunggu...
Alivia RahmaDila
Alivia RahmaDila Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa ilmu komunikasi

Dalam rangka menyelesaikan mata kuliah pengantar ilmu politik

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Berdemokratisasi dalam Nasionalisme

13 Desember 2019   00:32 Diperbarui: 13 Desember 2019   11:08 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bagi golongna elite, nasionalisme merupakan doktrin yang cocok sebagai alat untuk membenarkan demokrasi tanggung: golongan elite berkuasa atas nama rakyat, bangsa, atau kelompok SARA,  tetapi tidak sepenuhnya bertanggung jawab kepada rakyat.

Nasionalisme sendiri menurut Ernest Gellner adalah doktrin bahwa unit politik dan unit budaya harus berimpit. Dengan demikian, suatu bangsa adalah sekelompok orang yang merasa khas dalam berbagai bidang tersebut dan karena itu menghendaki pemerintahan sendiri.

Konflik yang berdasarkan nasionalisme pun bisa diberi definisi sebagai kerusuhan besar-berasan yang terorganisasi dan didorong atau diabsahkan dengan doktrin nasionalisme.

Kebanyakan negara-negara yang tercebur dalam konflik SARA yang hebat dan yang menjadi berita utama selama 1990-an adalah negara-negara yang mengalami kemajuan dalam kebebasan politik. Sebagia besar konflik tersebut terjadi di negara yang sedang melangkah awal menuju transisi demokratis.

Di Indonesia,nasionalisme muncul seiring dengan ekspansikolonialisme negara-negara barat di kawasan Asia yang mempengaruhi masyarakat indonesia untuk melawan kolonialismedan menciptakan tatanan kehidupan yang merdeka. Nasionalisme tersebut muncul dari adanya solidaritas yang tingggi yaitu rasa bahwa bangsa indonesia tidak lebih rendah dari bangsa penjajah.

Seperti keyakinan bahwa bangsa indonesia memiliki peradaan besar yang pernah terjadi di nusantara yaitu kerajaan Majapahit, Sriwijajya dan kerajaan-kerajaan lainnya yang telah membuktikan bahwa bangsa indonesia mampu bersaing dengan bangsa lain.

Pola pikir masyarakat di Indonesia tentang nasionalisme saat ini hanya identik dengan perjuangan meraih kemerdekaan yang sudah didapatkan dan upacara peringatan hari kemerdekaan kemudian memasang bendera merah putih di depan rumah saat tanggal 17 agustus. 

Memang turut serta dalam upacara hari kemerdekaan dan memasang bendera sudah menunjukan rasa nasionalisme, tp apakah ada yang sadar bahwa hal seperti itu adalah wujud seremonial saja, hanya sebuah symbol. Yang diperlukan saat ini adalah tindakan yang dimulai dari diri sendiri.

Sebagai pelajar misalnya, harus menuntut ilmu seserius mungkin untuk meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Sebagai pengusaha / wiraswasta, berusaha memperkerjakan penduduk lokal sebanyak banyaknya.

Jika melihat situasi di Indonesia sekarang rasa nasionalisme dirasa masih kurang. Liat saja timor leste yang dulu adalah bagian dari Indonesia. Mereka memisahkan diri dari Indonesia karena beranggapan mereka bisa berdiri sendiri sebagai negara, anggapan itulah yang menunjukkan rendahnya rasa nasionalisme.

Jika rasa nasionalisme mereka tinggi mungkin mereka tidak akan berpikir untuk memisahkan diri dari Indonesia. Walaupun perhatian pemerintah akan wilayah itu masih kurang pada saat itu, hal ini tetap disesalkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun