Mohon tunggu...
Alis Nopi
Alis Nopi Mohon Tunggu... -

ringan aja,,yang penting bermakna

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Boleh Aku Bilang, I Love You…

3 September 2013   21:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:24 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setidaknya sekali seumur hidup seseorang, mereka butuh 30 detik saja untuk memutuskan urat malunya, menebalkan mukanya, dan membuang jauh harga dirinya. Perlu, itu perlu…. Sekali saja. 30 detik berharga itu kamu gunakan untuk hal yang paling penting, yang paling kamu perjuangkan, dan yang akan mengubah hidupmu kedepannya.

Sesaat lagi 30 detik milikku akan kugunakan.

Jantungku berdetak melebihi yang sanggub aku tahan, mungkin kalau aku Dr.Bruce Banner, sekarang aku sudah berubah jadi hulk. Tapi ini tidak mungkin bisa ditahan lagi. Sejak dua tahun yang lalu, aku menunda hal ini, karena aku pikir aku tidak siap menghadapinya. Ya, aku takut gagal, takut ditolak, takut tidak sesuai harapan.

Dua tahun menunda, dan tidak ada kemajuan. Aku mau apa lagi? Semakin tertunda, semakin aku tidak tahu apa aku masih punya kesempatan untuk melakukan ini. Hidup dalam ketidakpastian lebih menyebalkan daripada kegigit semut merah.

Semua…. Semua kegalauan hidupku berasal dari dia.

Dia!!! Laki – laki yang lebih muda 2 tahun dariku, lebih sempurna dariku, dan lebih play boy dari semua mantan pacar yang aku punya. Bagaimana bisa aku menyukai dia, dan dibuat tidak bisa berpaling? Dia memang play boy juara dunia.

“ Halo.. Kamu dimana ? Nuna sudah sampai disini.” Ucapku perlahan, mengatur alur kataku, agar terlihat wajar.

“ Sebentar lagi sampai, tunggu saja disana.”

“ Nuna tunggu.” Balasku sambil menahan napas.

Oh Tuhan, aku benar- benar kehilangan akal. Dia hanya anak kecil, tapi bisa membuat aku tidak bisa berbicara dengan benar, tidak tahu harus berbuat apa, bahkan membuatku berdandan. Seharusnya aku hanyalah perempuan sederhana berusia 24 tahun yang masih menyukai memakai celana jeans belel dengan kaos polos pas badan dan tas ransel. Tapi untuk dia, hari ini aku mengeriting rambut panjangku, memakai dress cantik berwarna ungu muda, sepatu heels, bahkan clutch bag yang tidak praktispun tetap aku pakai.

Aku menjadi orang lain, betul, tapi ini bukan penipuan. Aku hanya ingin memperlihatkan bahwa si itik buruk rupa ini, bisa juga berubah jadi angsa. Aku mungkin akan kembali dengan jeans dan kaos, tapi aku masih bisa jadi tuan putri lagi bila saatnya sepenting saat ini, dan untuk orang sepenting dia.

***

Bola matanya bulat besar dengan warna coklat tua, dengan tatapan yang terkesan cuek, dingin, namun tajam. Kulit wajah mulus tanpa cela, putih seolah pualam. Tulang hidungnya tinggi dan lancip sempurna, bibirnya merah, tipis dan menggoda, wajahnya kecil namun secara keseluruhan dia begitu jantan dan tampan.

Mengapa ia bisa begitu tampan ? tidak cukup dengan wajah sempurna, ia juga punya tinggi 184 cm dengan otot lengan, perut yang bisa membuat perempuan menjerit kegirangan. Satu hal yang harus diingat, jangan pernah biarkan dia menyanyi, karena itu sama saja menjatuhkan bom yang membuat semua hati perempuan terkapar.

Aku berlebihan ? Ya tentu, karena aku sedang jatuh cinta dengan dia, dan itulah yang dilakukan orang yang sedang jatuh cinta, berkelakuan bodoh.

“ Nuna aku datang…” Ia langsung menyerobot duduk didepanku tanpa basa – basi. “ Nuna sudah pesan makanan ?”

“ Disini ternyata ada hamburger, aku pesan dua untuk kamu. Aku juga pesan banana split, kamu senang?”

Dia sumringah, tulang pipinya hampir lepas saking senang mendengar hamburger dan banana split. Ah… dia begitu manis sekali.

“ Nunaaaaa memang paling hebat sedunia……” Tangannya terangkat keatas sambil membentuk simbollove, “Aku bisa tidur nyenyak karena kekenyangan malam ini. Cuma Nuna yang paling pengertian.”

Seandainya kamu melihat fisiknya, kamu pasti berpikir dia laki – laki dewasa tampan, gagah beumur 27 tahun. Tapi badannya hanya kamuflase, ia adalah laki – laki berusia 22 tahundengan sifat seperti anak kecil. Cuek dengan sekitarnya, dan melakukan apapun yang dia mau. Sifatnya yang tidak dewasa, dan karena sadar dia begitu ganteng, keren,dan haus perhatian perempuan, jangan heran dia punya banyak pacar, atau mantan pacar melimpah.

“ Bagaimana shooting iklannya ?” Tanyaku iseng, sambil mencoba menenangkan jantung dan perutku yang sakit tiba – tiba. Sepertinya ada kupu – kupu masuk ke lambungku.

Alisnya naik sebelah, tanda tidak suka aku membicarakan ini selagi dia makan lahap hamburgernya.

“ Aku dengar siaranmu di radiomu tadi sore.” Lanjutku pura – pura tidak peduli ekspresinya, “Kamu terlalu pendiam tadi. Anggota lain aktif dan menikmatinya, kenapa kamu malah seperti tidak ada disiaran itu ? Jangan jadikan kata bosan sebagai alasanmu kali ini.”

Dia menatapku tajam dan setengah sebal, dan tiba – tiba menaruh hamburgernya begitu saja dipiring. Jantungku hampir jatuh melihat ekspresi itu.

“ Nuna tidak tahu, aku sudah tiga kali siaran di radio itu, dan dia selalu menanyakan hal yang sama ‘sedang promosi apa, bagaimana konser di Jepang, sudah punya pacar, siapa tipe wanita idealmu?’Mengapa dia tidak pakai rekaman lalu saja, kalau pertanyaannya sama.”

Aku mendengus sebal, “ Yaaa…!! kamu tahu kalau pertanyaannya sama, tapi belum tentu jawabannya sama. Memang kamu tidak berekembang apa?Memang kamu masih mempromosikan album pertamamu apa?” kucoba bernapas sebentar, “ Pantaslah ia mengulang pertanyaan itu lagi.”

“ Tapi….”

“ Sudah kukataan, jangan pakai alasan bosan padaku. Aku mengenalmu sudah dua tahun lebih, aku tahu kapan kamu bad mood karena memang bosan, atau karena ada satu hal yang tidak sesuai keinginanmu.” Sergahku cepat, “ Pasti ini karena shooting iklanmu.”

Dia tersenyum pahit, “ Harusnya aku shooting bersama Yenny hari ini. Aku tidak tahu kenapa tidak jadi.” Dan ia kembali memakan burgernya sampai habis.

Aku mengangguk cepat. Semua bukan karena iklannya, tapi karena perempuan bernama Yenny. Oh Tuhan, haruskah aku mendengar nama perempuan itu di hari sepenting ini.

“ Dia sudah seperti sahabatku, tapi dia tidak mengabariku kenapa tidak jadi ambil bagian dalam iklan itu.”

“ Dia sibuk mungkin.” Sahutku seadanya

“ Mungkin….” Ia bepikir sesaaat, “ Ah sayang saja jadinya….”

Aku berdecak menahan emosi. Anak ini memang menyebalkan, “ Kalau kamu kangen, tinggal telepon saja. Memang harus aku yang ajari ?”

“ Dia sibuk…” balasnya datar sambil menepuk perutnya, tanda dia sudah selesai makan

“ Kamu benar – benar menyukainya ?”

Dia diam.

“ Katakan dengan tegas, katakan dengan jujur.”

Dia memandangku bingung, “ Ya aku suka, tapi bukan suka seperti yang Nuna sedang pikirkan.”

“ Kamu pernah bilang saat wawancara bahwa kamu meminta Yenny menunggumu, dan sekarang kamu bertingkah seperti inikarena dia. Itu yang kamu bilang tidak sesuai dengan pikiranku?”

“ Sudahlah… aku kesini bukan untuk dimarahi Nuna. Katanya ada yang Nuna ingin katakan ?”

Kuhembuskan napas panjangku, sambil mencari seribu alasan untuk tidak jadi menggunakan 30 detik berhargaku. Mood aku hampir hancur, tapi… inilah saat paling tepat, sebelum benar – benar terlambat.

“ Saatnya tidak tepat. Aku sudah memulai pembicaraan dengan salah.” Ucapku sesal.

Untuk pertama kalinya, dia menggemgam tanganku, dan memposisikan badannya seperti ingin berbicara serius.

“ Aku anggab aku tidak mendengar apa – apa tadi, dan tidak berbicara apapun tadi, aku hanya makan makanan yang sangaaaaat enak.” Lalu dia tersenyum sangat manis padaku. “ Katakan padaku apa yang Nuna mau katakan.”

Kupu – kupu dalam perutku kembali beraksi.

Kuatur napasku, dan kukuatkan diriku. Kucabut urat maluku, dan kulepas harga diriku. 30 detik, aku mohon…….

“Chansung-ya… waktuku sudah habis. Kamu tahu minggu depan aku akan kembali ke Indonesia.” Ku tahan napasku, “Aku harus mengatakan sesuatu yang akan membuatmu berpikir. Aku akan mengatakan sesuatu yang akan mengubah kita berdua selamanya. Kamu suka atau tidak tapi aku harus bilang ini sekarang.” Semua kalimat yang kuhapal dua hari ini terucap dengan baik. Chansung masih menatapku, menuntut penjelasan lebih.

Debaran jatungku semakin memuncak, “ Chansung-ya… Aku rasa aku tidak bisa menjadi Nuna mu lagi.” Kuberanikan diri untuk menatap matanya sekali saja, “ Pertemanan kita sudah berubah. Aku menyukaimu selama ini.”

Chansung melepas genggaman tangannya, dan duduk bersandar sambil terus menatapku.

“ Mungkin aku mencintaimu.”

30 detikku telah habis, aku sudah menggunakannya untuk hal yang paling penting dihidupku. Aku melihat wajah laki – laki didepanku beraut kecewa, bahkan tidak memandangku lagi. Aku tahu pembicaraan ini akan berakhir dimana.

Rasanya ribuan pedang sedang menusuk dadaku, dan membuatku susah bernapas. Mataku panas, dan tanganku bergetar menahan jatuhnya air mata ini. Aku sadar, inilah akhirnya, cintaku tak berbalas, dan aku harus menerimanya. Bahkan menerima, bahwa aku tidak bisa lagi menjadi Nuna, atau sahabatnya seperti dahulu. Aku tidak bisa lagi berada didekatnya, karena aku tidak akan sanggub melupakannya, bahkan melupakan perasaanku dengannya. Semua tidak akan pernah sama lagi.

“ Maafkan aku, Nuna.” Chansung pergi meninggalkanku, dan.. meninggalkan perasaanku.

***

Satu tahun kemudian, Jakarta, Desember 2012.

Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, ia sudah tumbuh. Ia berbeda dari yang kukenal dahulu. Ia sudah sukses menjadi idola yang dicintai penggemar dari seluruh dunia, temasuk Indonesia. Dia berkembang dari seorang bocah tampan yang moody menjadi laki – laki gagah yang cool.

Satu hal yang membuatku lega, ia bisa hidup sangat baik tanpa diriku. Itu sudah cukup. Aku pikir 30 detik waktu dulu itu tidak benar –benar berakhir buruk. Chansung berkembang menjadi beast idol bersama 2PM, dan aku bisa pulang ke Indonesia dengan tenang, dan melanjutkan studiku, walaupun terkadang aku rindu kehidupan di Korea. Ini pasti akhir cerita yang lebih indah daripada kami harus berpacaran kemudian aku dicampakan karena ia menyukai perempuan dari girl idol group yang jauh lebih cantik daripada aku.

“ Chansung-yaaaaaaaa…….. fighting….!!!!!” Teriakku spontan saat dia mulai bernyanyi solo diatas panggung.

Penonton lain seolah – olah bersamaan memandangku. Ups!! Aku teriak disaat yang salah. Chansung baru akan menyanyi lagu solo ballad, dan keadaan sudah senyap, siap mendengarkan nyanyian Chansung. Di kesenyapan itu aku teriak membahana, apalagi aku duduk paling depan, tentu teriakanku menarik perhatian banyak orang.

“ Maaf , maaf” ucapku ke penonton yang memandangku tajam, karena aku merusak suasana.

Masih sibuk aku mengucapkan maaf, suara Chansung sudah terdengar bernyanyi, dan tidak ada lagi yang peduli denganku. Baru aku mau bernapas lega, tiba – tiba remaja didekatku teriak histeris, memekakan telinga. Aku sibuk menutup telinga, dan baru menyadari keadaan kemudian.

Anak perempuan disampingku tadi menggila karena persis diatas panggung, didepan daerah tempatku duduk, aku melihat Chansung sudah berpose sambil bernyanyi. Matanya menatapku dengan geli, dan tidak henti – hentinya meyunggingkan senyum jahil khas dirinya. 2 menit terlewat begitu saja, dan ia masih berada didepanku. Aku salah tingkah, dan aku juga tidak bisa berhenti tersenyum. Chansung masih mengingatku.

Kuambil tabletku, dan kutuliskan

I know you can….

Ia tersenyum dan tangannya terangkat keatas sambil membentuk simbollove. Ia selalu suka melakukan itu padaku.

Sarranghae dongsaeng…. Kutuliskan lagi itu sebagai balasannya.

Lagunya berakhir, dan ia menutupnya dengan ucapan, “ Saranghae Nuna…” lewat microphone.

30 detik itu membawaku pada ketenangan. Karena keberanian 30 detik, aku tahu bahwa cinta aku dan dia adalah cinta persahabatan. Kini aku menerimanya dengan sangat baik. Cinta tidak harus saling memiliki, tapi bagiku itu harus, namun dalam kasusku, aku memilikinya sebagai keluarga. Dia adikku yang jahil, cuek, egois tapi manis, dan menyebalkan seperti biasanya.

Mungkin suatu hari ia akan bersama perempuan idealnya, ehm.. seperti Yenny yang sekarang terkenal dalam Wonder Girls. Kalau itu membuatnya bahagia, aku akan mendukungnya. Seperti dia selalu mendukungku di Korea dahulu.

***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun