Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (102) Surat Sakti dari Rektor

12 Maret 2021   10:46 Diperbarui: 13 Maret 2021   12:15 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Alip Yog Kunandar

Agak lama menunggu, pintu akhirnye terbuka, dan tampaklah sosok lelaki tua yang dikenali Soso, Romo Serafim. Ia hanya mengenakan selembar kain yang menutupi bagian bawah tubuhnya yang mulai keriput. Lelaki tua itu juga langsung mengenalinya. Maklum, Soso memang sering menemuinya, terutama untuk urusan beasiswa.

"Kenapa kamu ke sini?" tanya Romo Serafim.

"Mohon ampun Romo, saya sungguh perlu berbicara dengan Romo..."

"Urusan apa? Urusan sekolah sudah ditangani oleh Romo Germogen!"

"Saya perlu berbicara langsung dengan Romo!" jawab Soso dengan badan setengah membungkuk, sebuah kebiasaan yang seharusnya dilakukan setiap bertemu dengan guru-guru atau bahkan penjaga sekolah sekalipun. Hanya saja, Soso jarang melakukannya, karena merasa itu terlalu berlebihan, seolah ia hanyalah budak atau pekerja di sebuah rumah bangsawan.

Romo Serafim memandanginya sejenak, "Mintalah handuk pada penjaga, nanti kau susul aku ke dalam kubah itu!" ia menunjuk kubah bata di depannya.

"Baik Romo..." jawab Soso. Ia lalu bergegas menemui penjaga pesanggrahan yang tadi, dan tak lama ia diberi sebuah kain handuk. Soso juga ditunjukkan tempat untuk melepas dan menaruh pakaiannya.

Dengan hanya mengenakan kain itu, Soso segera menyusul Romo Serafim yang sudah berada di dalam kubah bata. Romo Serafim sudah berendam dalam bak air hangat. Sementara kubah itu menahan uap air yang keluar sehingga membuat ruangan itu terasa panas.

"Duduk sini!" kata Romo Serafim.

Soso menceburkan kakinya ke dalam bak, tubuhnya agak kaget karena airnya yang cukup panas, tapi setelah agak lama, tubuhnya mulai terbiasa, dan terasa nyaman meski keringat mulai keluar dari sekujur tubuhnya.

"Sebetulnya aku tak mau diganggu. Tapi tak apalah, sudah lama aku tak punya teman ngobrol!" kata Romo Serafim, "Apa keperluanmu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun