Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (95) Hilangnya Pak Wali Kota

4 Maret 2021   23:10 Diperbarui: 5 Maret 2021   23:57 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Alip Yog Kunandar

"Kita ke pantai lagi lah, aku pengen melihat paus lagi!"

"Nah, kalau itu, mungkin saja. Tapi jam berapa paus itu akan muncul?"

Natela mendelik. Soso tertawa ngakak.

*****

Jam makan malam sudah lewat. Empat orang yang ditinggal di penginapan sudah makan duluan. Tak mungkin menunggu rombongan Tuan Nikoladze dulu. Soso dan Natela duduk-duduk di bagian depan penginapan yang menghadap ke arah jalan yang masih cukup ramai, hilir mudik dari dan ke arah pelabuhan. Termasuk juga banyaknya kereta kuda yang mengangkut berbagai jenis barang.

Sejak tadi siang sampai menjelang senja, Soso dan Natela menghabiskan waktu di pinggir pantai, mengobrol tak jelas ujung-pangkalnya sambil berharap bisa melihat paus muncul ke permukaan seperti yang mereka lihat saat masih di atas kapal sebelum merapat ke dermaga. Paus-paus itu tak terlihat. Gantinya adalah rombongan lumba-lumba yang melompat-lompat menunjukkan sirip punggungnya. Sayangnya, jaraknya cukup jauh untuk dilihat.  

Mereka pulang ke penginapan karena takut Tuan Nikoladze sudah kembali. Tapi ternyata, hingga makan malam selesai, rombongan itu belum juga kembali.

"Aku kok mulai nggak enak ya..." Soso memulai omongan. "Mereka kok belum pada kembali!"

"Kamu ternyata orang yang penuh perhatian ya!" kata Natela sambil tersenyum dan menatapnya. "Orang dewasa, bukan keluargamu, dan didampingi pegawainya sendiri, masih kamu khawatirkan. Apalagi kalau yang pergi itu adalah istrimu!"

Soso nyengir. "Bisa aja. Ini kan beda!"

"Justru itu!" imbuh Natela. "Kalau orang lain saja kamu khawatirkan, apalagi orang yang kamu sayangi!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun