Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Siapa yang Menangis Tengah Malam?

20 Februari 2021   23:25 Diperbarui: 20 Februari 2021   23:41 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: olah digital dari healthline.com

Saat nyaris tertidur itulah suara tangis itu muncul lagi. Bahkan kali ini, ia juga merasakan pundaknya bukan hanya diguncang-guncangkan oleh 'dua tangan' tapi dicengkram sangat kuat hingga ia kesakitan. Seperti ada kuku-kuku yang menembus kulit di pundaknya!

Ia melompat dan menyentuh saklar lampu di atasnya, lalu berlari ke ruangan lain dan menyalakan semua lampu hingga semuanya kembali terang benderang. Dan, tangis itu menghilang lagi.

"Apa maumu?" tanya Niken setengah membentak dengan suara nyaring. Matanya berkeliling ke pojok-pojok ruangan, mencari sesuatu yang mungkin mencurigakan atau menjadi pangkal suara itu. Tak ada apa-apa. Sunyi. Hanya suara jangkrik dan cericit cecurut di luar sana. "Jangan ganggu aku malam ini. Besok saja kalau kau ada urusan denganku. Ingat, urusan denganku saja. Jika tak ada kaitannya denganku, jangan ganggu aku!" hardiknya lagi.

Saking kerasnya, Meri sampai terbangun kaget, dan memandang ke arahnya. "Kamu ngomong sama siapa sih?" tanyanya dengan wajah jengkel karena tidurnya terganggu.

"Nggak ada!" jawab Niken, "Kau mimpi kali!" ia lalu meminta Meri menggeser tubuhnya. "Aku tidur deket situ Mer?"

"Ngapain? Kayak nggak ada tempat lain aja!"

"Udah, pokoknya aku tidur di situ!"

"Terserah!" kata Meri sambil membaringkan lagi badannya, dan dalam waktu singkat, sudah lelap lagi!

Niken berbaring di sebelah Meri. Mencoba memejamkan mata. Tapi ia tak bisa tidur, malah menunggu suara tangis itu. Tapi tangis itu tak muncul lagi. Yang ada malah suara adzan. Sudah subuh! Saat itulah Niken tak lagi sanggup menahan kantuknya.

Ia bangun kesiangan. Si Meri sudah mandi dan sedang asyik menata barang di ruangan yang dipilih sebagai kamarnya. Niken menyusul mandi. Karena badannya kurang enak, dan juga nggak akan pergi kerja. Ia mandi asal-asalan saja, lalu keluar hanya dengan handuk melilit di tubuhnya.

"Kamu habis kerokan?" tanya Meri saat Niken melintas di depannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun