Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Stalin: (79) Kepincut Jerman, Lupa Rusia

14 Februari 2021   21:40 Diperbarui: 15 Februari 2021   23:20 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin. Memang belum pasti, tapi setidaknya, itu membuat penilaian Soso tentang Jerman semakin tinggi. Ia mulai bertanya-tanya juga, jangankan di negerinya yang memang tak terlihat ada gairah pengembangan teknologi, jangan-jangan di Rusia, di pusatnya di St Petersburg sana, teknologi juga masih tertinggal oleh Jerman.

"Apa kaisarmu mengurusi agama juga?" tanya Soso.

"Agama?" Sabine melongo.

"Yaa seperti ada Gereja Rusia yang terus ajarannya dibawa ke sini..." tambah Soso.

Sabine menggeleng, "Rasanya tidak. Yang kutahu memang berbeda dengan di sini. Di sana kan ikut ajarannya Martin Luther.[6] Kaisarku ya begitu, aku dan keluargaku juga. Kurasa kami berbeda dengan Roma dan juga Rusia. Bedanya dimana, jujur saja aku nggak tahu, aku bukan orang yang bener-bener religious!" jawabnya sambil tersenyum.

Soso ikut tersenyum.

"Apa kau orang yang relijius?" tanya Sabine.

Kali ini Soso tertawa, "Aku sekolah di Seminari Tiflis, tapi aku bukan orang yang bener-bener relijius juga..." kata Soso. Entah kenapa kali ini ia jujur soal sekolahnya pada Sabine, mungkin ia kapok berbohong seperti pada Tatiana. Padahal diam-diam, dia suka berbincang dengan gadis Jerman itu. Lagian mungkin, kalo bohong bisa gampang ketahuan, karena Sabine kan kenal dengan si Lado.

"Kamu sekolah di situ? Calon pendeta dong!"

Soso tertawa lagi, "Ayolah... apa iya karena sekolah di situ semuanya harus jadi pendeta. Orang yang belajar kedokteran pun kan belum tentu nantinya jadi dokter!"

"Yaa, tapi kan setidaknya arahnya ke sana!" kata Sabine.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun