Mungkin. Memang belum pasti, tapi setidaknya, itu membuat penilaian Soso tentang Jerman semakin tinggi. Ia mulai bertanya-tanya juga, jangankan di negerinya yang memang tak terlihat ada gairah pengembangan teknologi, jangan-jangan di Rusia, di pusatnya di St Petersburg sana, teknologi juga masih tertinggal oleh Jerman.
"Apa kaisarmu mengurusi agama juga?" tanya Soso.
"Agama?" Sabine melongo.
"Yaa seperti ada Gereja Rusia yang terus ajarannya dibawa ke sini..." tambah Soso.
Sabine menggeleng, "Rasanya tidak. Yang kutahu memang berbeda dengan di sini. Di sana kan ikut ajarannya Martin Luther.[6] Kaisarku ya begitu, aku dan keluargaku juga. Kurasa kami berbeda dengan Roma dan juga Rusia. Bedanya dimana, jujur saja aku nggak tahu, aku bukan orang yang bener-bener religious!" jawabnya sambil tersenyum.
Soso ikut tersenyum.
"Apa kau orang yang relijius?" tanya Sabine.
Kali ini Soso tertawa, "Aku sekolah di Seminari Tiflis, tapi aku bukan orang yang bener-bener relijius juga..." kata Soso. Entah kenapa kali ini ia jujur soal sekolahnya pada Sabine, mungkin ia kapok berbohong seperti pada Tatiana. Padahal diam-diam, dia suka berbincang dengan gadis Jerman itu. Lagian mungkin, kalo bohong bisa gampang ketahuan, karena Sabine kan kenal dengan si Lado.
"Kamu sekolah di situ? Calon pendeta dong!"
Soso tertawa lagi, "Ayolah... apa iya karena sekolah di situ semuanya harus jadi pendeta. Orang yang belajar kedokteran pun kan belum tentu nantinya jadi dokter!"
"Yaa, tapi kan setidaknya arahnya ke sana!" kata Sabine.