Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Salah Demo

11 Februari 2021   11:21 Diperbarui: 11 Februari 2021   12:54 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi foto: jatimtimes.com

Cerita Sebelumnya.

-----

Balai Desa Cugenang ramai. Bukan oleh masyarakat yang ingin mengurus berbagai keperluan administrasi, tapi ramai-ramai mau menggulingkan Haji Samud yang menjabat lurah alias kepala desa. Haji Samud dituduh sudah menyelewengkan bantuan kambing dari pemerintah. Bukannya dibagikan, malah dipelihara sendiri.

Haji Samud terpojok di ruang pertemuan. Para pegawainya, mulai dari sekretaris desa, kepala urusan, sampai Ki Umuh, penjaga balai desa ikut menonton. Bukannya membantu atasannya itu.

Orang-orang pada ngomong bersamaan, tak jelas. Semuanya sudah keburu esmosi, maunya didenger omongannya, tapi nggak mau mendengar omongan yang lain, apalagi omongannya Haji Samud.

Prit-prit... terdengar bunyi peluit yang nyaring. Darman meminjam peluitnya Hansip Oding untuk menenangkan massa. Semua mendadak diam dan melirik pada Darman. "Jangan pada berebutan gitu dong ngomongnya. Satu-satu biar jelas. Coba baris dulu dari yang paling tua sampai yang paling muda. Yang tua sebelah kiri yang lebih muda sebelah kanan!"

Orang-orang lalu mulai membentuk barisan, berdiri di samping tembok sambil bertanya siapa yang lebih tua atau lebih muda. Ada dua orang yang masih belum sepakat soal siapa yang lebih muda dan lebih tua. Mang Jemon dan Mang Aday. Darman mendekati mereka dan bertanya.

"Ini, saya sama si Aday ini kan sama umurnya, tanggal lahirnya di KTP juga begitu!" kata Mang Jemon.

"Ya sudah, Mang Aday lahirnya jam berapa?" tanya Darman.

"Kata ibuku, almarhum, aku lahir subuh, setelah adzan..." jawab Mang Aday.

"Nah, berarti aku lebih tua, aku lahir sebelum adzan subuh!" kata Mang Jemon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun