Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (60) Tamu Dadakan Wali Kota Poti

26 Januari 2021   12:31 Diperbarui: 27 Januari 2021   18:27 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Alip Yog Kunandar

Soso tak punya pilihan. Ia lalu mengikuti lelaki itu berjalan ke arah selatan menyusuri jalanan yang berada di bantaran sebuah sungai. Lelaki itu menyebut, itu adalah Kanal Rioni yang menghubungkan Sungai Rioni di sebelah utara kota dengan Laut Hitam. Pusat kota Poti berada di delta itu. Sungai Rioni yang bermuara di Laut Hitam hulunya berada di sebelah utara Kutaisi, dan melewati Samptredia.

Tak berapa lama, mereka tiba di sebuah bangunan yang cukup megah tak jauh dari Kanal Rioni. Balai Kota Poti. Dan beruntung, orang yang dicari oleh lelaki yang berbaik hati membantu Soso itu langsung bisa ditemuinya. Lelaki itu menceritakan soal Soso, dan tetangganya yang bekerja di situ langsung bersedia membantu.

"Ada ruang di dekat pantri yang bisa kaupakai kalau untuk sekadar bermalam..." katanya pada Soso.

Lelaki yang mengantarnya pamitan. Soso berterimakasih kepadanya. Setelah itu, ia mengikuti tetangganya yang bekerja di gedung itu. Soso sempat memperkenalkan diri, dan lelaki itu menyebutkan panggilannya, Didi.

"Kau boleh istirahat di situ, aku harus kerja dulu..." kata Pak Didi.

Soso mengangguk. Ia lalu duduk di depan sebuah ruangan yang menghadap ke taman bagian belakang. Karena tak tahu apa yang harus dikerjakan, Soso mengeluarkan buku yang dibawanya, Bug-Jargal, novel karya Victor Hugo. Novel itu sudah lama ingin dibacanya, tapi selalu tertunda-tunda.

Keasyikan membaca, Soso tak melihat keadaan sekeliling, sampai sebuah suara mengagetkannya. "Buku apa yang kaubaca itu, anak muda?"

Soso mengangkat wajahnya dengan sedikit kaget. Di depannya berdiri seorang lelaki setengah baya yang berpakaian baik. Meski kepalanya agak botak, tapi kumis dan cambangnya tampak lebat dan tertata baik. Jelaslah Soso tak mengenalinya.

"Sebuah novel, Tuan..." jawab Soso sambil bangkit dari duduknya.

Dari kejauhan, Pak Didi tampak berlari dengan tergesa-gesa ke arahnya. "Maaf, Pak, ini keluarga saya. Dia mau pulang ke Gori, menunggu kereta besok pagi. Jadi saya lancang mengizinkannya bermalam di sini nanti..." katanya pada lelaki itu.

"Ya sudah nggak apa-apa, aku hanya tanya soal buku yang dibacanya..." kata lelaki itu lagi, lalu melirik Soso lagi, "Coba kulihat bukumu..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun