"Iya, untung saja kita sudah sampai di rumahku..." kata si Vaso sambil menyeruput kuah sup ikannya lalu menyumpalnya dengan sepotong roti. "Kalau tadi kita terlalu lama di kampung orang Doukhobor itu, atau kau mampir dulu di Batumi, bisa-bisa kita terjebak. Dan sulit untuk sampai ke sini..."
"Memangnya salju sering ya di sini?" tanya Soso.
Vaso menggeleng, "Sebetulnya jarang. Sudah beberapa tahun terakhir ini tak ada salju yang turun, hanya hujan saja. Tapi di sini, sekalinya salju turun, kadang tebalnya ampun-ampunan..."
"Gawat dong kalo salju tebal, bisa-bisa waktu liburan hanya dihabiskan di rumahmu ini..." kata Soso.
Vaso tertawa, "Tenang saja kawan, selalu ada jalan untuk mencari kesenangan!"
Soso hanya tersenyum. "Ngomong-ngomong, bapakmu kemana?"
"Kerja lah, di Batumi sana..." jawab Vaso.
"Kerja apa?"
"Bapakku mandor di pabrik pengolahan ikan di Batumi..." jawabnya.
"Pabrik pengolahan ikan? Ada berapa banyak di sana?" tanya Soso. Ia lagi-lagi teringat pada Natasha yang pernah bercerita tentang pabrik pengolahan ikan yang dikelolanya.
"Dulu banyak, sekarang tinggal satu, punya orang Crimea..." jawab si Vaso.