Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (22) Rencana Pembajakan

18 Desember 2020   07:14 Diperbarui: 19 Desember 2020   07:33 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
WPAP By Alip Yog Kunandar

*****

Bulan mengintip dari jendela. Soso tak bisa tidur. Berkali memejamkan matanya, berkali pula membukanya lagi. Pikiran-pikiran yang bergelut di kepalanya tak mau enyah berganti mimpi; mimpi apa saja, mimpi buruk sekalipun.

Ia bangkit dari ranjangnya. Percuma berbaring tanpa hasil, bathinnya. Ia melangkah, diambilnya tinta, pena, dan selembar kertas. Soso melangkah keluar. Udara dingin menyerbu. Soso tak peduli. Arkhalukhi baru dengan uang pemberian Bonia yang masih dipakainya cukup membuatnya mengurangi beku. Diambilnya kursi tua peninggalan bapaknya yang biasa dipakainya menjahit atau memperbaiki sepatu dulu. Dibawanya ke luar, ditaruhnya di jalan.

Sambil dudul di kursi yang kakinya mulai berderak itu, Soso menengadahkan wajahnya memandang ke arah bulan yang samar. Ia ingin menuliskan gundahnya, mengadu pada bulan.

Tapi keasyikannya terganggu dengan suara ribut di ujung gang. Orang-orang mulai keluar rumah dan berlarian menuju keributan itu. Soso jelas tergoda. Ia menaruh alat-alat tulisnya, lalu bergegas menuju sumber keributan.

Tak jelas apa pangkal keributan itu. Orang-orang juga saling bertanya tanpa ada yang bisa menjawab. Yang jelas, Soso melihat, Si Tua Ninika, diseret-seret dua orang polisi Gori. Tapi Soso tak mengenali dua polisi itu. Sewaktu masih di Gori, ia mengenal semua polisi, karena jumlahnya yang tak banyak, dan Gori memang tak terlalu besar. Tapi mungkin waktu mengubahnya, banyak wajah-wajah baru di kepolisian. Soso bertanya pada seorang warga, soal polisi itu, karena soal kejadian, tak ada yang tahu persis.

"Polisi baru. Ada serombongan didatangkan dari Rustavi bulan lalu, sementara yang dari sini digeser ke tempat lain, ada yang ke Poti, ada juga yang ke Kutaisi. Katanya sih di-rolling, biar nggak sekongkol sama penjahat lokal..." kata tetangganya itu, Soso memanggilnya Pak Keta.

"Iya tapi apa salah Ninika?" tanya Soso dengan geram, melihat lelaki tua itu diikat dan digeret-geret. Namgali yang biasa dipanggulnya kemana-mana diamankan polisi yang lain. Mungkin mereka ngeri kalau Ninika mengamuk dan menyabetkannya.

"Nggak tau lah So, biar gila dan selalu bawa-bawa namgali, Ninika tak pernah bikin onar..." jawab Pak Keta.

"Polisi itu tau kalau Ninika gila?"

Pak Keta menggeleng, "Entahlah..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun