Mohon tunggu...
Alipir Budiman
Alipir Budiman Mohon Tunggu... Guru - hanya ingin menuliskannya

Bekerja sebagai pendidik di MTs Negeri 1 Banjar (dahulu namanya MTs Negeri 2 Gambut) Kabupaten Banjar, Kalsel. Prinsip saya: Long Life Education. Gak pandang tuanya, yang penting masih mau belajar, menimba ilmu. Gak peduli siapa gurunya, yang penting bisa memberi manfaat dan kebaikan...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bisakah Iri Menjadi Motivasi?

12 April 2020   06:01 Diperbarui: 12 April 2020   06:10 14116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Twitter @tausiyahcinta

Gambar di atas, merupakan salah satu quote yang sering kita baca di internet. Ketika saya menulis kata "iri hati" di mesin pencarian, maka yang muncul adalah sederet pengertian-pengertian yang merugikan. Dalam pandangan umum, psikologi, maupun pandangan agama hampir semuanya mengatakan bahwa iri hati itu tidak baik.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), iri adalah merasa kurang senang melihat kelebihan orang lain (beruntung, dan sebagainya), cemburu, sirik, dengki.

Wikipedia mengatakan, iri hati adalah suatu emosi yang timbul ketika seseorang yang tidak memiliki suatu keunggulan --baik prestasi, kekuasaan, atau lainnya- menginginkan yang tidak dimilikinya itu, atau mengharapkan orang lain yang memilikinya agar kehilangan.

Dalam pandangan Islam, rasa iri hati (hasad) merupakan akhlak tercela. Karena pada hakikatnya tidak menyukai apa yang Allah takdirkan. Merasa tidak suka dengan nikmat yang Allah berikan kepada orang lain pada dasarnya tidak suka dengan apa yang menjadi takdir Allah.

Dalam pandangan Kristen, rasa iri hati merupakan pelanggaran terhadap perintah ke-10 yang ada dalam 10 Dasa Firman Allah. Alkitab menggambarkan dalam perumpamaan yang disampaikan Nabi Natan kepada Nabi Daud, yakni orang kaya yang iri akan domba satu-satunya milik orang miskin,  dan akhirnya mengambil dombanya.

Iri Hati Bukan Hanya Dengki

Sebenarnya, saya tidak puas dengan beberapa pengertian iri hati secara umum yang "selalu" mengedepankan pengertian negatif. Silakan saja di browsing, yang akan kita jumpai adalah iri hati dalam pengertian negatif. Menurut saya, iri hati dalam pengertian tersebut adalah salah kaprah.

Iri hati menurut saya adalah suatu perasaan yang ingin memiliki terhadap apa yang dimiliki orang lain, dalam hal apa saja. Sudah, cukup sampai di situ. Tidak ada perasaan kurang senang terhadap orang lain. 

Jangan ditambah dengan kalimat lain. Ketika bersambung dengan kalimat "dan mengharapkan orang lain yang memilikinya agar kehilangan", itu sudah mengubah pengertian "iri hati" menjadi "iri dan dengki" atau "iri dengki".

Kalau "dengki" sudah masuk dalam pengertian "iri", maka tidak ada lagi sisi positifnya yang bisa dilihat, karena pengertian "dengki" telah menenggelamkan pengertian "iri".

Nah, di sinilah kelirunya pemahaman kita tentang "iri" dan "iri dengki". Iri akan berbeda dengan iri dengki. Iri bisa positif bisa negatif. Kalau iri positif, seseorang tidak akan berusaha menghilangkan apa yang telah dimiliki orang lain yang menjadi keinginannya.

Kalau iri negatif, maka dengan sendirinya akan berubah menjadi dengki, karena berkeinginan untuk menghilangkan apa yang dimiliki oranglain untuk menjadi miliknya.

Iri Hati yang Positif

Saya hanya mencoba sedikit menjabarkan iri hati yang positif, agar dalam mindset kita iri hati tidak selalu negatif.

Iri hati yang positif adalah iri atas keunggulan yang dimiliki orang lain atau menginginkan apa yang dimiliki orang lain, tetapi tidak disertai dengan keinginan untuk menghilangkan keunggulan yang dimiliki orang lain.

Rasulullah SAW dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bersabda: Tidak ada sifat iri (yang terpuji) kecuali kepada dua orang: Seseorang yang dipahamkan Allah tentang Al-Qur'an  kemudian dia membacanya di waktu malam dan siang hari, lalu salah seorang tetangganya mendengarkan (bacaan Al-Qur'an) dan berkata: Duhai, kiranya aku diberi (pemahaman Al-Qur'an) seperti yang diberikan kepada si Fulan, sehingga aku bisa mengamalkan (membaca al-Qur'an) seperti yang diamalkannya. 

Dan seorang yang dilimpahkan oleh Allah baginya harta (yang berlimpah) kemudian dia membelanjakannya di (jalan) yang benar, lalu ada orang lain yang berkata:  Duhai kiranya aku diberi (kelebihan harta) seperti yang diberikan kepada si Fulan, sehingga aku bisa mengamalkan (bersedekah di jalan Allah) seperti yang diamalkannya".

Iri menjadi Motivasi

Hadits di atas  menerangkan bahwa ada iri hati yang positif, seperti contoh dalam hadits tersebut. Dengan iri hati positif lantas menjadi motivasi bagi kita untuk berbuat yang terbaik.

Sungguh, saya iri dengan seorang kakek di Solo yang membagi-bagi sembako di saat pandemi Corona ini, saya iri dengan Hotman Paris Hutapea, dengan siapa saja yang mendonasikan hartanya untuk membantu sesama selama wabah penyakit ini berlangsung. 

Saya iri dengan para dokter dan perawat yang ikhlas membantu. Saya iri dengan Puspo Wardoyo yang menyumbang makanan bagi para pemudik yang dikarantina. Saya iri dengan Christiano Ronaldo yang selalu menyumbangkan uangnya untuk amal. Saya iri dengan orang lain dalam banyak hal.

Dan saya bertekad, bisa berbuat seperti itu. Kalau ada yang berkata negatif tentang mereka, seperti pencitraan, dan sebagainya, tampaknya masih harus memeriksa hati dulu, kalau ada rasa tidak suka atau benci, nah itu dia: dengki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun