Mohon tunggu...
Alipir Budiman
Alipir Budiman Mohon Tunggu... Guru - hanya ingin menuliskannya

Bekerja sebagai pendidik di MTs Negeri 1 Banjar (dahulu namanya MTs Negeri 2 Gambut) Kabupaten Banjar, Kalsel. Prinsip saya: Long Life Education. Gak pandang tuanya, yang penting masih mau belajar, menimba ilmu. Gak peduli siapa gurunya, yang penting bisa memberi manfaat dan kebaikan...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melihat Kubah Nabi SAW, Air Mata Menetes

1 November 2017   03:43 Diperbarui: 1 November 2017   17:21 1264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun 2007, berangkat umroh, memang tidak sepopuler sekarang. Selama belasan tahun aku tinggal di kompleks kediamanku, belum pernah terdengar ada warga yang berangkat umroh. Pergi mendatangi Baitullah, hanya identik dengan pergi haji.

Tetapi iklan di berbagai koran lokal Banjarmasin, banyak travel yang menawarkan paket umroh, dengan biaya sekitar 12 juta per orang. Melihat gambar Mesjidil Haram dan Mesjid Nabawi yang terpampang di iklan itu, hatiku terus menerus menggelitik... ingin sekali ikut sholat di Mesjid-nya Rasulullah. Memang, saya lebih ingin ke Mesjid Nabawi ketimbang ke Mesjidil Haram. Kenapa? Magnet makam Rasulullah lebih memikat hatiku ketimbang Ka'bah.

Memang, aku punya kebiasaan, suka berziarah ke makam para wali. Dulu, saat umur 20an, aku hampir tiap hari ziarah ke makam Syekh Surgi Mufti, 2-3 kali seminggu ke makam Habib Hamid bin Abbas al-Bahasyim, sampai-sampai ziarah tengah malam di Makam Datu Sanggul. Semuanya dinikmati dengan suka cita. Membaca Maulid al-Habsyi dan Sholawat Burdah pun hampir tiap hari. Karenanya, hatiku meronta-ronta ingin segera berangkat umroh, karena bisa berkunjung ke Makam Rasulullah, orang yang setiap hari selalu disebut-sebut namanya.

2 Juni 2007, diusia yang waktu itu 10 hari lagi 25 tahun, aku, istri, dan kedua orangtuaku berangkat umroh. Pengalaman pertama jalan-jalan ke luar Indonesia. Pukul 06.00 pagi, kami berangkat ke Jakarta, transit beberapa jam sambal makan siang, lalu dilanjutkan perjalanan ke Jeddah selepas tengah hari. Sore kami sholat Ashar dan Maghrib dengan bertayammum di dalam pesawat. Pengalaman pertama bertayammum. Selepas maghrib, kami disuguhi makan malam. Beberapa jam perjalanan, ternyata kulihat suasana di luar kabin pesawat tetap masih agak terang. Rupanya, malam bagi kami yang di dalam pesawat, karena mengikut waktu di Indonesia, ternyata belum malam bagi mereka yang berada di luar sana. Benar saja, kami sampai di Jeddah, hari masih sore. Padahal, jam tangan sudah menunjukkan bahwa waktu sholat Isya sudah lama.

Tidak lama di Jeddah, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Madinah yang memakan waktu 5-6 jam. Pembimbing tur kami menyarankan agar Jemaah umroh bisa istirahat dalam bus karena waktu untuk sampai ke tujuan masih lama. Tetapi tidak. Aku sedikitpun tidak akan mau memicingkan mata, menikmati pemandangan yang baru pertama kulihat, dan aku akan melihat Kubah Rasulullah dalam waktu beberapa jam lagi.

Setiap menit perjalanan yang kulalui, aku tidak berhenti membaca sholawat. Aku akan segera tiba di makam Rasulullah, orang yang selalu disebut namanya setiap waktu. Menit demi menit.... Ah, semakin dekat saja perjalanan menuju Rumah Rasulullah.

Di saat semua orang tertidur kelelahan, aku terus berjaga-jaga untuk segera melihat Kota Yatsrib, kota dimana Nabi berhijrah dan menetap hingga akhir hayat beliau. Pembimbing tur pun memberitahukan, bahwa sebentar lagi kami akan sampai di kota Madinah. Semakin deras pulalah sholawat yang keluar dari mulutku, meskipun hanya gerakan bibir karena tak ingin mengganggu orang lain. Ya Rasulullah, aku akan segera menuju kotamu, aku akan semakin dekat menujumu. Berjumpa denganmu, meskipun hanya di depan makammu, adalah akan menjadi perjumpaan terindah dalam hidupku. Tak ada yang lain dalam pikiran, selain ingin cepat-cepat berjumpa dengan Rasulullah. Apalagi aku sudah lama membaca buku yang berjudul "Sehari di Rumah Rasulullah", rasanya betul-betul seperti bertamu ke rumah Rasulullah. Orang yang selama ini selalu disebut namanya di setiap sholat, di dalam shalawat, di majlisnya Guru Sekumpul, manusia terbaik sepanjang zaman, manusia terindah dalam segala perilakunya, sebentar lagi aku akan bisa menyaksikan langsung makam beliau. Ya Rasulullah, bisakah aku bertemu denganmu tanpa harus meneteskan air mata?

Rasanya mustahil, pasti aku akan menangis. Terharu itu manusiawi. Bertemu dengan manusia mulia, manusia yang diagung-agungkan sepanjang zaman.

Dari kejauhan, aku melihat menara tinggi dengan kubah berwarna hijau. Ya Allah, ya Rabbi. Itulah makam Rasulullah. Tanpa bisa terbendung lagi, air mataku jatuh bercucuran. Terima kasih ya Allah, Engkau berikan aku kesempatan untuk bertamu ke rumah Rasulullah. Di bawah kubah itu, tersimpan jasad Rasulullah, manusia termulia sepanjang zaman. Manusia yang selalu dirindukan semua orang yang beragama Islam. Baginda Nabi saw adalah pilihan terbaik, bahkan terbaik di antara semua yang terbaik dari seluruh anak manusia yang dilahirkan di dunia. Beliau adalah gen terbaik yang pernah ada, beliaulah pribadi agung yang pernah tercipta, lisan terfasih yang pernah bersabda, imannya paling sempurna.

Baginda adalah Al- Qur'an, akhlaknya Al- Qur'an, jiwanya Al- Qur'an. Rasulullah  SAW adalah manusia paling sempurna pribadinya,dan dialah makhluk Allah yang paling berhak dicinta.

Sebatang pohon kurma pernah menangis karena terharu akan sentuhan lembut tangan manusia pilihan. Jika sebatang pohon kurma saja bisa merasakan kasih sayang seorang nabi yang memiliki sifat bil mu'minii rouufurrohiim, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu'min, hingga ia pun merasa rindu dan cinta kepadanya. Lalu bagaimana dengan kita sebagai umatnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun