Mohon tunggu...
Tifanaas
Tifanaas Mohon Tunggu... Mahasiswa Sains Data Universitas Negeri Surabaya

Mahasiswa yang gemar menulis dan tertarik pada kemajuan teknologi, sains, serta berbagai fenomena di sekitar. Menjadikan tulisan sebagai cara untuk berbagi perspektif dan wawasan.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Belajar dari Revolusi Industri: AI Bukan Akhir, tapi Awal

14 Maret 2025   04:34 Diperbarui: 14 Maret 2025   10:45 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence(Sumber: Desain Canva)

Kemunculan AI di era Revolusi Industri 4.0 semakin sering dibicarakan, terutama karena perkembangannya yang begitu pesat. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa AI akan menggantikan pekerjaan manusia, terutama di negara-negara maju yang mulai mengandalkan teknologi otomatisasi dibandingkan tenaga kerja manusia. Namun, benarkah kemajuan AI adalah ancaman?

Jika melihat sejarah Revolusi Industri, perubahan teknologi selalu menggeser peran manusia, tetapi juga membuka peluang baru bagi mereka yang mampu beradaptasi. Hal yang sama berlaku untuk AI. Bukan AI yang akan menggantikan pekerjaan manusia, melainkan mereka yang tidak memanfaatkannya akan tertinggal. Seperti yang dikatakan CEO Nvidia, Jensen Huang:

"Anda tidak akan kehilangan pekerjaan karena AI. (Tetapi) Anda akan kehilangan pekerjaan karena orang yang memakai AI," dalam acara Indonesia AI Day.

Dengan kata lain, bukan teknologi yang menjadi ancaman, melainkan bagaimana kita menyikapinya.

Saat ini, teknologi berkembang begitu pesat, dan banyak orang mulai mengadaptasi kemajuan ini dengan perangkat mereka masing-masing. Pengolahan data menjadi bagian penting dalam berbagai bidang, dan pekerjaan yang berkaitan dengan data serta ilmu komputer semakin dibutuhkan.

Di era ini, tenaga manusia tidak lagi menjadi faktor utama dalam produksi seperti dahulu. Sebaliknya, kemampuan berpikir, menganalisis, dan mengolah informasi menjadi lebih berharga. Tak heran jika bidang seperti sains data, kecerdasan buatan, dan ilmu komputer semakin diminati, baik di dunia akademik maupun industri. 

Hal ini didukung oleh banyaknya perguruan tinggi yang membuka program studi terkait teknologi dan data, mempersiapkan generasi yang mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. Pendidikan di bidang ini diharapkan tidak hanya mencetak tenaga kerja yang siap bersaing, tetapi juga individu yang mampu mendorong inovasi dan kemajuan di masa depan.

Jadi, kita tidak perlu khawatir dengan pergeseran tenaga kerja yang semakin didominasi oleh AI. Selama kita mampu beradaptasi, memanfaatkan teknologi, dan terus mengembangkan keterampilan, maka AI bukanlah ancaman, melainkan alat yang dapat memperkuat peran kita di berbagai bidang.

Sejarah telah membuktikan bahwa mereka yang bertahan bukanlah yang menolak perubahan, tetapi mereka yang tumbuh bersamanya. Pada akhirnya, bukan AI yang akan menggantikan manusia---melainkan manusia yang memahami dan memanfaatkannya akan menggantikan mereka yang tidak.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun