Mohon tunggu...
Aline Lintang
Aline Lintang Mohon Tunggu... Pemilik

Hallo ! Aku Lintang, seorang pengusaha, pecinta fashion dan kuliner. Lagi sibuk banget nih mengurus Beanshop, tempat di mana kamu bisa belanja baju kece sambil ngopi santai. Aku percaya kalau hidup itu harus dinikmati, jadi aku bikin tempat ini biar kamu bisa nemuin semuanya di satu tempat. Yuk, mampir dan rasain vibe-nya sendiri!

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Pengusaha Muda dan Gadis Pekerja Part 3

3 Oktober 2024   11:00 Diperbarui: 3 Oktober 2024   11:02 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Chapter 3: Rahasia Terungkap

Kehidupan Sebenarnya Ryan Terbongkar

Suasana toko fashion itu seperti biasa, tenang namun sibuk dengan para pelanggan yang datang dan pergi. Lia, seperti biasa, sedang sibuk mengurus tugas-tugasnya. Laporan administrasi yang menjadi tugas barunya membuatnya sedikit gugup, apalagi setelah peringatan dari manajemen tentang kesalahan sebelumnya. Namun, Lia adalah sosok pekerja keras yang tidak mudah menyerah. Meskipun hari itu tubuhnya lelah, ia berusaha tetap tersenyum dan memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.

Namun, di tengah kesibukannya, salah satu rekan kerjanya, Rani, mendekatinya dengan wajah yang tampak penuh rahasia.

"Lia, aku baru tahu sesuatu yang mengejutkan banget," bisik Rani dengan nada konspiratif. Lia yang sedang fokus pada pekerjaannya hanya melirik sekilas, lalu melanjutkan pekerjaannya.

"Apa?" tanya Lia, setengah acuh. Di benaknya, tidak ada hal yang lebih penting selain menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.

"Ryan... Ryan itu pemilik toko ini. Dia bukan sekadar pelanggan," Rani melanjutkan dengan ekspresi dramatis. Lia seketika berhenti bekerja, matanya membelalak kaget.

"Apa maksudmu?" Lia bertanya, masih belum bisa mempercayai apa yang ia dengar.

Rani menegaskan, "Iya! Ryan itu pemilik jaringan toko ini. Aku dengar dari manajer beberapa hari yang lalu. Awalnya aku juga nggak percaya, tapi ternyata memang benar. Dia sering datang ke sini bukan sekadar untuk belanja, tapi buat cek toko juga."

Darah di wajah Lia seakan menghilang, berganti dengan rasa syok yang tiba-tiba menerjangnya. Selama ini, ia berpikir bahwa Ryan hanyalah pelanggan biasa, mungkin seorang pria kaya yang sering berbelanja. Tetapi mengetahui bahwa dia adalah pemilik dari seluruh jaringan toko ini, membuat Lia merasa hancur. Ada perasaan tertipu, seolah Ryan sengaja menyembunyikan identitasnya untuk bermain-main dengan perasaannya.

Saat itu juga, pikiran Lia melayang jauh. Semua interaksi mereka---senyuman, perhatian kecil, percakapan hangat---sekarang terasa seperti tipu daya. Ryan, seorang pria kaya yang memiliki segalanya, selama ini hanya berpura-pura menjadi pelanggan biasa. Lia merasa marah, bukan hanya karena Ryan tidak jujur, tetapi juga karena perbedaan status mereka kini terasa begitu mencolok. Ryan adalah seorang pengusaha sukses, sementara dirinya hanyalah seorang karyawan yang bekerja keras untuk mempertahankan hidup. Mereka berasal dari dunia yang sangat berbeda.

Lia mulai menjauhi Ryan. Setiap kali Ryan datang ke toko, Lia selalu berusaha menghindari tatapan matanya, bersikap dingin, dan membatasi percakapan mereka hanya pada urusan pekerjaan. Senyum yang biasanya mengiringi pertemuan mereka kini menghilang. Ryan, yang awalnya tidak menyadari perubahan ini, mulai merasa ada yang tidak beres. Ia merasakan ada jarak yang tidak biasa antara dirinya dan Lia, namun tidak tahu apa penyebabnya.

Setelah beberapa hari tanpa ada percakapan hangat antara mereka, Ryan mulai merasa tidak nyaman. Setiap kali ia datang ke toko, Lia bersikap kaku dan dingin. Ryan mencoba untuk mencari tahu apa yang terjadi, tetapi Lia terus menghindarinya. Ketika Ryan akhirnya mencoba mengajaknya bicara secara pribadi, Lia selalu menemukan alasan untuk menghindar.

Hari demi hari, Ryan merasa semakin tersiksa oleh ketidakpastian. Hingga akhirnya, saat ia sedang berada di kantor pusat, salah satu rekannya memberitahukan bahwa rumor tentang identitasnya sudah tersebar di antara para karyawan di toko. Itu menjelaskan sikap dingin Lia. Ryan terhenyak. Lia telah mengetahui rahasianya, dan itu jelas membuat Lia merasa kecewa.

Setelah mengetahui bahwa Lia sudah mengetahui identitasnya, Ryan merasa bersalah. Dia menyadari bahwa dia seharusnya jujur dari awal. Sekarang, rahasianya telah terungkap, dan hubungannya dengan Lia berada di ambang kehancuran. Ryan merasa perlu segera memperbaiki kesalahpahaman ini sebelum semuanya terlambat.

Suatu malam, setelah toko tutup, Ryan memutuskan untuk menunggu Lia di luar. Ketika Lia keluar dari toko, Ryan menghampirinya.

"Lia, kita harus bicara," ucap Ryan dengan suara yang tenang namun tegas. Lia yang terkejut melihat Ryan menunggunya, mencoba menghindar, tetapi Ryan memegang lengannya dengan lembut.

"Aku tahu kamu sudah tahu siapa aku sebenarnya," lanjut Ryan. Lia menatapnya dengan mata yang dingin, tanpa kata-kata.

"Aku minta maaf karena tidak jujur dari awal. Aku seharusnya memberitahumu siapa aku. Tapi percayalah, niatku bukan untuk menipumu. Aku hanya ingin mengenalmu tanpa ada beban status atau kekayaan di antara kita," jelas Ryan dengan penuh penyesalan.

Lia menatap Ryan, perasaan marah, bingung, dan sedih berkecamuk di hatinya. "Kenapa kamu tidak memberitahuku dari awal? Apakah kamu senang bermain-main dengan karyawanmu, Ryan?" Tanya Lia dengan suara bergetar. "Kamu pemilik perusahaan ini, Ryan. Aku hanyalah seorang karyawan yang berusaha bertahan hidup. Kita tidak berasal dari dunia yang sama."

Ryan terdiam, merasa terluka oleh kata-kata Lia. Namun, ia tahu bahwa Lia berhak marah. "Aku tidak pernah berpikir seperti itu. Aku tidak peduli dengan status atau kekayaan. Aku tertarik padamu karena kamu, Lia. Karena kebaikan dan ketulusanmu. Aku takut kalau aku memberitahumu dari awal, kamu akan melihatku berbeda," kata Ryan, matanya menunjukkan ketulusan.

Namun, bagi Lia, dunia mereka terlalu berbeda. Lia merasa tidak pantas berada di dekat Ryan, apalagi memiliki hubungan lebih jauh dengannya. "Aku tidak bisa, Ryan. Aku tidak bisa berada di dekatmu lagi. Aku hanya ingin bekerja dengan tenang," jawab Lia dengan air mata yang mulai menggenang di matanya. Lalu, ia pergi, meninggalkan Ryan yang merasa hancur karena penolakannya.

Sementara itu, Michelle, yang menyadari ketegangan antara Ryan dan Lia, melihat ini sebagai kesempatan emas untuk menjauhkan Lia dari perusahaan selamanya. Michelle sudah lama mencemburui perhatian Ryan kepada Lia, dan kini saatnya untuk bertindak.

Michelle mulai mengatur rencana jahatnya. Ia melaporkan kepada manajemen bahwa Lia telah melakukan kesalahan fatal dalam laporan administrasi yang sebelumnya ditangani Lia. Padahal, Michelle-lah yang sebenarnya telah merekayasa laporan tersebut agar tampak ada kesalahan. Laporan itu dengan sengaja diubah oleh Michelle sehingga tampak bahwa Lia tidak kompeten dalam pekerjaannya.

Manajemen, yang sudah mendapatkan desas-desus tentang hubungan antara Ryan dan Lia, mulai meragukan profesionalisme Lia dan memutuskan untuk mengadakan penyelidikan lebih lanjut. Dalam waktu singkat, Lia dipanggil oleh manajemen dan diancam akan dipecat jika kesalahannya tidak segera diperbaiki.

Lia, yang merasa terpojok, tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Ia tidak pernah sengaja melakukan kesalahan dalam pekerjaannya. Namun, semua bukti tampaknya mengarah padanya. Lia merasa kehilangan harapan. Selain masalah pribadi dengan Ryan, sekarang pekerjaannya pun terancam.

Di sisi lain, Ryan mulai mendengar tentang tuduhan terhadap Lia dari salah satu bawahannya. Awalnya, Ryan berpikir ini hanyalah kesalahan administrasi biasa, tetapi ketika ia mendengar bahwa Lia diancam akan dipecat, Ryan menjadi curiga. Ia tahu betul bahwa Lia adalah pekerja yang berdedikasi dan sangat teliti. Kesalahan sebesar ini terasa tidak masuk akal. Ryan mulai merasa ada sesuatu yang janggal, dan ia bertekad untuk menyelidikinya lebih dalam.

Ryan tidak akan membiarkan Lia dihancurkan oleh intrik dalam perusahaannya sendiri. Terlebih lagi, dia tidak akan membiarkan wanita yang ia cintai menderita karena kesalahan yang tidak ia lakukan. Ini bukan lagi sekadar masalah pekerjaan---ini tentang membela orang yang paling berarti dalam hidupnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun