Mohon tunggu...
Ali Mustahib Elyas
Ali Mustahib Elyas Mohon Tunggu... Guru - Bacalah atas nama Tuhanmu

freedom, togetherness, networking, collaboration, immolation

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gus Dur Salah. Mereka Tidak Seperti Anak TK, Kok

9 September 2012   03:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:44 2394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Demokrasi sebagai produk dari peradaban tinggi

akan berbahaya bila berada di tangan bangsa yang berperadaban rendah"

Begitu kira-kira yang dapat disimpulkan dari pendapat Prof. Salim Said

Pada sebuah perbincangan di TVRI yang dipandu Selamet Raharjo tadi malam, Prof. Salim Said mengatakan bahwa demokrasi merupakan produk peradaban yang tinggi. Sedangkan partai politik merupakan lembaga yang harus ada untuk memproses praktik-praktik berdemokrasi. Salah satu hal terpenting dari ini adalah bahwa melalui partai rekrutmen calon pemimpin nasional dilakukan. Di Negara manapun yang menerapkan system pemerintahan modern pasti melakukan hal ini.

Sebagai produk peradaban modern, demokrasi menjamin tatanan hidup yang berkeadilan demi terciptanya kesejahteraan bersama. Maka haram hukumnya praktik-praktik kehidupan yang cenderung dominatif dari salah satu pihak atas pihak lainnya di negeri demokrasi.

DPR sebagai lembaga perwakilan yang nota bene representasi dari kedaulatan rakyat, aneh dan sangat tidak rasional kalau nyatanya justru tak nyambung dengan denyut kehidupan rakyat yang diwakilinya. Para anggota DPR yang sejatinya hanya seorang wakil mestinya mereka nurut pada apa maunya majikan. Yakni rakyat yang telah memberinya mandat.

Lalu apa yang dimaui rakyat? Umumnya rakyat hanya ingin hidupnya sejahtera. Inilah mestinya yang harus menjadi fokus para anggota DPR. Yaitu bagaimana caranya agar rakyat yang telah memberinya mandat itu terjamin kesejahteraan hidupnya.

Sayangnya orang-orang DPR itu justru pandai mempermainkan hidup rakyat bahkan tidak jarang ada di antara mereka yang justru melecehkan rakyat sebagai pemalas sehingga hidupnya miskin dan jauh dari sejahtera. Tidakkah mereka berpikir apakah selama ini mereka telah serius mengurus soal kesejahteraan rakyat atau justru sibuk mengurus kesejahteraan diri sendiri? Nyatanya kita sering melihat orang-orang DPR itu suka membolos dan meninggalkan tugasnya, kita semua tahu betapa genitnya mereka mengurus tampilan fisiknya (baju, kendaraan, ruang kerja, ruang kamar kecil, rumah dan segala tetek-bengeknya) yang serba mewah. Suatu kenyataan tampilan yang kasat mata yang mencerminkan kualitas moral yang rendah di mana mereka sengaja ingin tampil beda dengan rakyat kebanyakan, mereka ingin selalu berada di ketinggian sedangkan rakyat sengaja dibiarkan hidup terlantar di bawah telapak sepatu mereka yang jutaan harganya, mereka juga bisa dengan nyaman pelesiran ke Negara manapun dengan alasan apapun. Terakhir kita tahu mereka ke Denmark dan Turki hanya buat ngurus soal bagaimana logo PMI harus diganti.

Sungguh absurd dan sama sekali tak masuk akal sehat melihat kinerja orang-orang DPR yang katanya terhormat itu. Gus Dur keliru kalau menyebut mereka seperti anak-anak TK.  Sebab segaduh apapun anak TK masih tampak adanya kelucuan-kelucuan yang justru membuat para orangtua mereka senang dan bangga. Anak-anak TK masih mampu berkata-kata secara polos dan sederhana tetapi justru seringkali membuat orang tua dan guru-guru mereka berpikir keras untuk meresponnya.

Anak-anak TK yang sederhana butuh pemahaman yang tidak sederhana dari orang-orang dewasa. Inilah proses peradaban yang harus dirawat dengan serius.  Muhamad SAW lebih suka membiarkan seorang anak kecil yang sedang digendongnya menuntaskan pipisnya sehingga membasahi jubahnya daripada segera mencampakkan atau memarahinya. Sebab jubah yang kotor karena terkena kencing mudah dibersihkan. Sedangkan memarahi anak kecil dan sampai melukai perasaannya akan sulit dihilangkan.

Sementara orang-orang DPR lebih sering melukai perasaan rakyat sambil terus bersolek dan memantas-pantaskan diri sebagai pejabat yang harus tampil beda dengan rakyat, mereka sering berkata-kata dan bertindak secara tidak sederhana justru untuk hal yang remeh-temeh sekalipun. Bayangkan! kalau hanya untuk mengganti logo PMI saja mereka harus keluyuran ke luar negeri dengan anggaran yang mencapai 1,3 milyar. Kata Salim Said orang-orang DPR juga bisa bersikap tak sopan kepada orang lain, termasuk kepada Jenderal bintang empat sekalipun yang sedang menjalani fit and proper test di DPR, misalnya. Salim kecewa atas kejadian ini karena waktu dirinya mengusulkan pentingnya Fit And Proper Test yang harus dilakukan DPR bagi siapapun yang akan menduduki jabatan sebagai pimpinan lembaga tertentu, ia menduga kualitas moral para anggota DPR sama dengan anggota parlemen di Amerika. Akhirnya Salim berkesimpulan bahwa inilah nasib demokrasi di tangan mereka yang berperadaban rendah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun