Mohon tunggu...
alimah alda fuadiyah
alimah alda fuadiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa

Digital Business Student

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Toko Kopi Tuku : Cerita Tentang Kopi, Ruang dan Rasa Bertetangga

4 Mei 2025   22:53 Diperbarui: 4 Mei 2025   22:53 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

F. Aspek Sosial dan Ekonomi 

Toko Kopi Tuku berawal dari tumbuhnya keresahan terhadap industri kopi lokal yang pada saat itu belum cukup berpihak pada petani dan nilai-nilai budaya Indonesia. Sejak awal berdiri pada tahun 2015, Tuku berkomitmen dalam berperan membangun ekosistem kopi Indonesia secara luas. Tidak hanya fokus pada kualitas produk, pendekatan pun dilakukan pada penguatan nilai sosial melalui konsep 'tetangga'. Konsep tersebut datang dari pengalaman sang founder saat mengunjungi sebuah kafe yang bertempat di tengah perumahan dekat taman yang berada di Kota Melbourne, Australia. Kafe tersebut menyajikan suasana ketetanggaan yang hangat dan inklusif, meski kurang dalam cita rasa kopinya. Nilai kehangatan dan rasa kebersamaan itulah yang kemudian menjadi pondasi utama dalam strategi bisnis Tuku, dengan menghadirkan kenyamanan, keakraban, dan rasa memiliki bagi setiap pengunjungnya, sebagaimana kultur gotong royong di Indonesia. Dengan demikian, Tuku tidak hanya menjual kopi, tetapi juga membangun nilai sosial yang memberi dampak positif bagi komunitas dan pelaku ekonomi lokal.

G. Aspek Lingkungan

Toko Kopi Tuku memandang aspek lingkungan tidak hanya dari sisi berkelanjutan ekologis, tetapi juga dalam konteks interaksi sosial, budaya, dan akses ruang kepada konsumen. Salah satu wujud dari aspek lingkungan adalah keputusan strategi dalam menggunakan momentum pembukaan transportasi publik MRT Cipete Raya sebagai bagian dari perayaan 10 tahun berdirinya Toko Kopi Tuku. Melalui penamaan stasiun transportasi publik di sekitar lokasi Tuku, khususnya MRT Cipete Raya Tuku, brand ini tidak hanya memperluas eksistensinya, tetapi juga mengangkat identitas kawasan Cipete sebagai bagian dari cerita dan perjalanan Tuku. Cipete bukan hanya lokasi, tapi menjadi simbol bahwa Tuku hadir sebagai bagian dari lingkungan sekitar yang aktif dan inklusif.

Langkah penamaan stasiun ini sekaligus menjadi upaya dalam mendekatkan komunitas, terutama 'tetangga jauh' yang ingin mengunjungi Tuku. Dengan adanya transportasi publik seperti MRT, akses menuju Tuku menjadi lebih mudah dan ramah bagi semua kalangan. Hal ini menunjukkan bahwa Tuku memperhitungkan faktor lingkungan dalam artian sosial dan geografis, yakni bagaimana sebuah tempat bisa lebih hidup, terhubung dan memberi dampak positif lebih luas lewat kehadiran sebuah brand lokal. 

DAFTAR PUSTAKA

Wayoi, N. L. F., & Mas'ud, F. (2025). THE IMPACT OF BRAND IMAGE, SELF-IMAGE CONGRUENCE, AND BRAND PREFERENCE ON PURCHASE INTENTION OF TOKO KOPI TUKU (A Study on Toko Kopi Tuku Jakarta). Diponegoro Journal of Management, 14(1), 83-94.

Faridah, I. (2024). ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KOPI TUKU DENGAN PENDEKATAN BUSINESS MODEL CANVAS (BMC) DAN ANALISIS SWOT (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun