Mohon tunggu...
alif muhamad nur
alif muhamad nur Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hobi saya olahraga saya Sukak bermain bola besar yaitu voli

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Malam yang mencengkam pada tanggal 30 Oktober 1965

2 Oktober 2025   12:32 Diperbarui: 2 Oktober 2025   12:32 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

    Bangsa Indonesia sejak awal merdeka telah dipersatukan oleh satu tujuan besar: menjunjung tinggi kemerdekaan, persatuan, keadilan, dan kesejahteraan rakyat dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan undang-undang dasar negara Republik Indonesia tahun 1945. Namun dalam perjalanan sejarahnya, bangsa ini pernah diuji oleh konflik ideologi yang sangat serius, yakni peristiwa gerakan 30 September 1965 atau G30S PKI. Konflik ideologi seperti ini memiliki potensi besar merusak kerangka persatuan bangsa, menyebabkan luka sosial ketidakadilan dan pembelaan yang berkelanjutan. Artikel ini akan membahas bahaya konflik ideologi bagi persatuan bangsa melalui lensa G30S /PKI; apa yang terjadi dampak-dampaknya dan bagaimana kita bisa belajar agar tragedi serupa tidak terulang. 

Peristiwa G30S PKI terjadi pada malam 30 September hingga dini hari tanggal 1 Oktober 1965. Set jumlah perwira tinggi tentara Nasional Indonesia angkatan darat (TNI AD) diculik dan dibunuh. Beberapa sumber menyebut bahwa operasi ini dipimpin oleh letkol Untung atas nama gerakan 30 September, dan PKI diduga menjadi pihak yang mendalangi. 

Sebelum itu, terjadi ketegangan ideologis yang tinggi antara berbagai kekuatan politik dan sosial: ideologi nasionalisme, agama, komunis; paham-paham kiri dan liberal; upaya untuk menyatukan berbagai golongan dalam konsep NASAKOM(Nasionalisme, Agama, Komunisme) yang diusung oleh presiden Soekarno. 

Ketidakstabilan politik, kecemasan tentang peralihan kekuasaan, peta percepatan konflik global (perang dingin) ikut memberi warna bahwa Medan ideologi bukan hanya soal teori, tetapi soal kekuasaan pengaruh, dan keselamatan negara. 

Bahaya konflik ideologi bagi persatuan bangsa 

Fragmentasi sosial dan nasional 

Ketika ada lagi menjadi ajang pertarungan (atau bahkan adu domba), masyarakat mudah terpecah menjadi kelompok-kelompok yang saling curiga satu sama lain. Ideologi yang ekstrem atau yang dianggap ekstrem dapat memicu stereotip, stigma , diskriminasi, dan kekerasan antar kelompok. Dalam konteks G30S simpatisan atau yang dianggap simpatisan PKI menjadi target ekspresi bahkan kekerasan luar biasa. 

Fragmentasi ini dapat berkaitan dengan agama etnis latar belakang politik ,dan bahkan antargenerasi tugas sosial pun terus ada karena peristiwa traumatis, kehilangan anggota keluarga, penahanan , dan kejahatan yang belum tuntas diproses 

Luka sejarah dan rasa ketidakadilan 

Peristiwa g30s PKI bukan hanya yang mungkin tidak terlihat secara langsung, namun terkenal imbas. Penahanan tanpa proses hukum yang adil diskriminasi secara sosial dan pembatasan kebebasan dari ideologi menjadi bagian dari sejarah yang menorehkan luka. 

Kurangnya transparansi adanya propaganda , manipulasi narasi sejarah, dan interpretasi yang berbeda dari peristiwa tersebut juga memperparah rasa ketidakadilan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun