Belajar Jadi Mahasiswa Indonesia yang Ramah Lewat Student Service Learning di Malaysia
ditulis oleh: Alifia Fatikha N.
Beberapa waktu lalu, saya mendapat kesempatan berharga untuk mengikuti sebuah program bernama Student Service Learning yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Malang (LPPM UM). Program ini membawa saya dan beberapa teman mahasiswa untuk belajar sekaligus merasakan kehidupan di negeri tetangga, Malaysia. Alhamdulillah, saya merasa bersyukur karena bisa menjadi salah satu mahasiswa terpilih dalam kegiatan ini. Sejak awal keberangkatan, saya sudah bertekad ingin membawa citra positif sebagai mahasiswa Indonesia. Bukan hanya soal prestasi akademik, tapi juga bagaimana saya bisa menunjukkan keramahan khas Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Karena menurut saya, menjadi mahasiswa itu bukan hanya belajar di kelas, melainkan juga bagaimana kita menempatkan diri di tengah masyarakat dan budaya yang berbeda.
(sumber: dokumentasi pribadi penulis)
Tinggal di Asrama, dari Malang ke Malaysia
Kebetulan, selama di Malaysia saya tinggal di asrama mahasiswa. Hal ini cukup menarik, karena saya sendiri juga anak asrama di Malang. Jadi, sedikit banyak saya sudah terbiasa dengan kehidupan di asrama yang penuh dinamika. Namun, tentu ada pengalaman baru yang saya rasakan ketika berada di lingkungan asrama Malaysia. Awalnya, saya sempat bertanya-tanya dalam hati: "Apa ya nanti bisa cocok dengan tetangga kamar di sini? Apa mereka terbuka untuk bergaul?" Tapi ternyata, kekhawatiran saya hilang begitu saja. Siapa sangka, teman-teman di asrama sana justru sangat ramah dan mudah diajak berinteraksi. Bahkan, mereka bisa menjalin hubungan yang terasa seperti keluarga.
Di sinilah saya belajar bahwa komunikasi sederhana, seperti menyapa ketika berpapasan atau sekadar menanyakan kabar, ternyata bisa membuka pintu pertemanan yang luas. Saya ingin membawa citra mahasiswa Indonesia yang ramah, jadi saya selalu berusaha untuk menyapa dan berinteraksi lebih dulu. Dari hal kecil itu, hubungan hangat mulai terbangun, dan saya merasa diterima dengan baik.
Belajar dari Kehidupan Sehari-hari
Selain pengalaman di asrama, banyak hal yang saya pelajari dari kehidupan sehari-hari di Malaysia. Misalnya, soal budaya mereka yang memiliki kesamaan sekaligus perbedaan dengan kita. Dari makanan, gaya bahasa, sampai cara mereka berinteraksi, semuanya memberi warna baru dalam perjalanan belajar saya. Hal yang menarik, ternyata dengan cepat kami bisa menemukan titik-titik kesamaan yang membuat obrolan cair. Misalnya, soal musik, film, bahkan pengalaman kuliah. Dari situ saya sadar, perbedaan bukanlah penghalang, melainkan jembatan untuk saling mengenal lebih dalam. Di sisi lain, saya juga belajar bagaimana menghargai perbedaan tersebut. Ada kebiasaan-kebiasaan di Malaysia yang awalnya terasa asing, tapi lama-lama bisa saya pahami. Rasanya seperti membuka wawasan baru tentang bagaimana orang lain hidup dan berpikir.
Mewakili Indonesia Lewat Sikap
Bagi saya, mengikuti Student Service Learning bukan hanya tentang apa yang saya pelajari di kelas atau kegiatan formal, tapi juga bagaimana saya menampilkan diri sebagai perwakilan mahasiswa Indonesia. Sederhana saja: saya ingin orang-orang di sana melihat bahwa mahasiswa Indonesia adalah pribadi yang ramah, terbuka, dan mudah berteman. Ketika kita berada di negara lain, tanpa sadar kita membawa identitas bangsa. Setiap sikap, ucapan, bahkan hal kecil seperti menyapa atau tersenyum, bisa menjadi representasi dari negara asal kita. Karena itu, saya selalu berusaha menjaga sikap, sekaligus menunjukkan keramahan khas Indonesia.