Mohon tunggu...
Alif Fiadi Fuazhim
Alif Fiadi Fuazhim Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

tetap istiqamah apapun tujuanmu jika itu baik maka perjuangkanlah, jika itu buruk maka tinggalkanlah dan lupakanlah [your mind...your idea...change your life]

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kesadaran (Consciousness)

7 November 2013   15:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:29 1146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kesadaran merupakan topic yang berkaitan dengan dengan psikologi yang sempat tersingkir karena dianggap tidak ilmiah, namun justru saat ini mencapai masa bangkitnya. Kesadaran merupakan sebuah topic yang mengandung misteri dalam ilmu pengetahuan yang mencangkup psikologi, filsafat dan juga neurosains.

Kesadaran (Solso R. L., dkk, 2008) ialah kesiagaan (awareness) seseorang terhadap peristiwa-peristiwa di lingkungannya (seperti pemandangan dan suara-suara dari lingkungan sekitarnya) serta peristiwa-peristiwa kognitif  yang meliputi memori, pikiran, perasaan dan sensasi-sensasi fisik. Definisi kesadaran memiliki dua sisi, kesadaran meliputi suatu pemahaman terhadap stimuli lingkungan sekitarnya, misalnya kita mungkin tiba-tiba mendengar kicauan burung, sakit gigi dan sebagainya. Kesadaran juga meliputi pengenalan seseorang terhadap peristiwa-peristiwa mentalnya sendiri, seperti pikiran-pikiran yang ditimbulkan oleh memori dan kesadaran pribadi akan jati dirinya. Sebagai contoh ialah kita saat mendengar kicau burung mengingat nama burung tersebut, atau sewaktu sakit gigi kita ingat nomor telepon dokter gigi langganan kita.

Pemikiran-pemikiran internal dan bersifat pribadi sama pentingnya dengan stimuli eksternal dalam menentukan “siapa diri kita” dan “apa yang kita fikirkan”. Sepanjang g=hari kita telah mengalami “pengalaman-pengalaman sadar” yang apabila dihitung tidak terkira jumlahnya, yang diakibatkan oleh pemandangan serta suara-suara dari dunia sekitar kita, dan juga dari pengalaman-pengalaman sadar internal yang tidak terhitung jumlahnya., yang diakibatkan oleh pemikiran-pemikiran kita yang merefleksikan reaksi dan perasaan-perasaan pribadi kita.

Sejarah kesadaran, berawal psikologi ilmiah pada abad ke-19 sebagai studi terhadap pengalaman-pengalaman sadar. Dalam kutipan dari William James (Dalam Solso R. L., dkk, 2008)  “psikologi ialah ilmu mengenai kehidupan mental” (psychology is the science of mental life), kehidupan mental berarti kehidupan mental yang sadar. Para filsuf dan orang awam telah merenungkan pertanyaan-pertanyaan tentang pikiran dan tentang hakikat diri manusia. Pada awal abad ke-20, kesadaran sebagai suatu topic, hampir-hampir disingkirkan dari ranah psikologi oleh para pengikut ideology psikologi yang dominan pada masa itu, yakni behaviorisme, yang dipimpin oleh John Watson dan B. F. Skinner. Terjadi perang suci memperebutkan pikiran manusia yang berlangsung sepanjang paruh terakhir abad 20. Perang tersebut dilakukan oleh psikolog kognitif berjuang mengembalikan kesadaran sebagai topic yang penting, sedangkan kaum behavioris bertarung mempertahankan suatu bentuk ilmu psikologi yang sepenuhnya objektif.

Dalam kesadaran (AWAREeness) memiliki beberapa kerangka kerja (framework). Karakteristik-karakteristik utama kerangka kerja tersebut meliputi Attention, Wakefulness, Architecture, Recall of  knowledge, dan Emotive. Selain itu juga ada atribut sekunder yang tercakup dalam kerangka kerja ini. Atribut sekunder tersebut ialah Novelty, Emergence, Selectivity, dan Subjectivity. Dalam kesadaran juga dibahas mengenai fungsi-fungsi kesadaran, sejumlah filsuf telah mengajukan argument bahwa kesadaran tidaklah penting bagi sebagian besar aktivitas manusia, sebagaimana yang dicontohkan melalui ilustrasi zombie (Chalmers, 1995; Dennett, 1988), Zombie ialah makhluk khayalan yang dapat melakukan segala hal yang dapat kita lakukan, namun tidak memiliki kesadaran. Dengan kata lain, zombie mungkin memiliki seluruh reseptor untuk mengenali warna merah, dan menggunakan informasi tersebut untuk memilih apel yang telah matang, namun tetap tidak memiliki pengalaman subjektif mengenai “sensasi melihat warna merah”. Pengalaman subjektif ini disebut qualia. Qualia mengacu pada karakteristik-karakteristik pengalaman sensorik, pengalaman subjektif, dan perasaan-perasaan yang berhubungan dangan pengalanan-pengalaman tersebut. qualia dianggap fenomenologis dan subjektif berdasarkan fakta bahwa manusia mengindra objek secara keseluruhan, bukannya energy elektromagnetik yang sesungguhnya kita deteksi (kita lihat) dengan menggunakan retina kita. (Sumber: Solso R. L.,dkk, 2008)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun