Lalu malam datang. Langit UMY bersih malam itu, seperti kanvas luas yang penuh bintang. Kami kembali duduk melingkar, kali ini tanpa banyak kata. Partner fasilitatorku menatap mereka satu per satu, lalu berkata dengan suara lembut, "Mereka bukan lagi peserta. Mereka sudah jadi bagian dari kita."
Aku mengangguk. Karena memang benar kami tak lagi sekadar fasilitator dan peserta. Kami adalah keluarga kecil yang ditautkan oleh tawa, doa, dan percakapan sederhana yang ternyata begitu berarti. Kami belajar bahwa kebersamaan bukan hanya soal seberapa lama waktu yang dihabiskan, tapi seberapa dalam hati saling memahami.
Kini, ketika MATAF telah usai, kampus kembali tenang. Tapi aku tahu, ada sesuatu yang tak benar-benar berakhir. Karena di balik kesibukan hari-hari setelahnya, kenangan tentang khafilah ini selalu datang tanpa diminta di setiap tawa, di setiap langkah melewati tempat kami dulu berkumpul, di setiap langit sore yang mirip hari pertama kami bertemu.
Mungkin suatu hari nanti kami akan berjalan di jalan masing-masing ada yang sibuk dengan organisasi, ada yang mengejar prestasi, ada yang tenggelam dalam rutinitas akademik. Tapi setiap kali kita berhenti sejenak dan menatap langit, aku ingin kalian tahu: di bawah langit Adhinara ini, kita pernah menjadi sesuatu yang indah.
Kalian adalah alasan mengapa aku percaya,
bahwa kebersamaan yang tulus tak pernah berakhir.
Kita mungkin tak lagi satu tenda,
tak lagi dalam daftar absen yang sama,
tapi nama-nama kalian telah menetap dalam ingatanku seperti bintang yang diam di langit malam, tapi selalu ada ketika rindu menengadah.